Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Duo Blangkon Melawan Narkoba

Kompas.com - 17/01/2017, 10:17 WIB
Megandika Wicaksono

Penulis

Ketika diskotek tutup pada Ramadhan 2007, Danar pulang kampung ke Sukoharjo. Di kampung, berbekal hobi menyanyi, dia bergabung dengan kelompok shalawatan dan mengenal sejumlah ustaz.

Ia terinspirasi video Ustaz Jefri Al Buchori yang bisa berubah dari pencandu narkoba menjadi pemuka agama.

”Itu membuat hati saya senang. Hobi nyanyi tersalurkan, tapi nyanyi shalawatan, seperti ’Tamba Ati’,” ujarnya. Setelah berkeliling kampung dalam kelompok shalawatan, Danar mulai dikenal dan digemari para pemuda.

Kiprahnya juga dilirik pihak Polres Sukoharjo dan Wakil Bupati Sukoharjo. Pada 2008, Danar diutus mengikuti pendidikan dan latihan penyuluhan anti narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa Tengah dan Polda Jawa Tengah di Semarang.

Setelah mengikuti sejumlah diklat, pada 2009 Danar menjadi pegawai honorer di Badan Narkotika Kabupaten Sukoharjo dengan gaji Rp 450.000 per bulan.

Ia menjadi penyuluh anti narkoba ke komunitas-komunitas anak muda dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kampung-kampung.

Saat ini, sekitar 1.500 kampung telah disambangi Danar untuk penyuluhan anti narkoba. Di tengah kesibukannya, ia juga merintis sekolah bagi anak jalanan, Komunitas Relawan Anak Bangsa. Kini, lembaga itu menjadi Sanggar Bhinneka bagi anak yatim dan tidak mampu.

Atas kegigihannya memberikan penyuluhan, pada 2014 Danar mendapat penghargaan presiden di bidang pencegahan peredaran gelap narkoba.

Kisah Tatung

Rekannya di Duo Blangkon, Tatung, sudah merokok sejak kelas II SD dan mengenal minuman keras pada kelas II SMP. Saat masuk SMA, ia mulai mengonsumsi obat penenang dan mengisap ganja bersama teman-teman di tempat tinggalnya di Grogolan, Surakarta.

Tatung yang pandai bermain gitar kemudian sering manggung di acara yang dikelola Danar di diskotek. Tidak lama, ia terjerumus dalam gelimang sabu.

Ia pun ditangkap polisi pada 2008 dan dipenjara selama 1 tahun 6 bulan. Di penjara, pemuda itu tercerahkan oleh seorang pendeta.

Selepas dari penjara, berkat dorongan orangtua, terutama ibunya, Tatung kuliah di Jurusan Bimbingan Konseling (BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Slamet Riyadi, Surakarta. Ia kemudian menjadi guru BK serta seni budaya di SMK Wijaya Kusuma, Surakarta.

Di sekolah itu, Tatung kembali bertemu dengan Danar yang memberikan penyuluhan anti narkoba. Mereka lantas sama-sama bertekad menyerukan kampanye anti narkoba kepada generasi muda melalui Duo Blangkon.

Menurut Danar, selain menunjukkan budaya setempat, blangkon juga memiliki makna mendalam. ”Blangkon itu peredam nafsu amarah dan segala nafsu, termasuk pada narkoba. Blangkon itu blaka dan lelakon. Jujur saja apa yang sudah kamu jalani,” kata Danar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com