Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Penyintas Gempa Aceh Berjuang Hidup di Reruntuhan

Kompas.com - 09/12/2016, 08:43 WIB

KOMPAS.com — Pagi masih gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 05.03 WIB. Lantunan ayat suci Al Quran sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Di sebuah kamar rumah toko (ruko) lantai 2, Nisa Karya (27) masih terlelap.

Ia tiba-tiba merasakan gemuruh menggetarkan dinding dan lantai kamarnya. Segala yang ada berjatuhan, berantakan. Bumi berguncang hebat.

Bruuukkk! Dalam hitungan detik, ruko itu ambruk disusul padamnya arus listrik. Suasana gelap dan pengap.

Nisa merasakan tubuhnya terjerembap di antara puing-puing bangunan.

"Ketika hari sudah pagi dan mulai terang, saya melihat ada cahaya dari luar, lalu saya merayap sambil mencari sumber cahaya dan berusaha keluar, sembari minta tolong dari warga yang ada di luar," ujarnya saat ditemui Serambi di Mushala SPBU Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua, Pidie Jaya, Rabu (7/12/2016).

Karyawan SPBU Ulee Gle ini adalah satu di antara banyak korban yang selamat dalam peristiwa gempa 6,5 skala Richter yang mengguncang Pidie Jaya, Pidie, Bireuen, dan sebagian wilayah Aceh lainnya.

Setidaknya hingga tadi malam 68 korban dinyatakan tewas dan lainnya masih tertimbun reruntuhan dalam proses evakuasi.

Tak dapat dimungkiri, sebagian besar korban tewas karena tertimpa bangunan. Namun, sebagian korban lainnya selamat setelah berjuang keluar dari puing-puing yang mengimpit tubuh mereka.

Nisa adalah salah seorang dari para korban yang bernasib lebih baik. Warga Rambong Kecamatan Setia, Aceh Barat Daya (Abdya), ini selamat dari reruntuhan ruko yang ambruk setelah diguncang gempa.

Namun, perjuangannya keluar dari reruntuhan adalah sebuah keajaiban.

Hanya cahaya handphone yang meneranginya selama empat jam terperangkap dalam puing bangunan sejak pukul 05.03 WIB sampai pukul 09.00 WIB saat tim evakuasi mulai berdatangan.

Nisa menyadari detik-detik saat bangunan ruko roboh. Dia menangis dan berteriak minta tolong.

"Alhamdulillah, saya selamat dan berhasil menyelamatkan handphone dan beberapa pakaian," katanya dengan nada terbata-bata saat ditemui Serambi.

Nisa berhasil keluar dari reruntuhan, tetapi tidak ikut dievakuasi ambulans. Dia lebih memilih istirahat di Mushala SPBU Ulee Gle. Baru sekitar pukul 14.00 WIB ia mendapat pertolongan medis karena kaki kiri dan bahunya luka lecet.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Warga menyaksikan bangunan pasar Meureudu yang roboh akibat bencana gempa di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie jaya, Aceh, Kamis, (8/12/2016). Sebagian korban sudah teridentifikasi dan sebagian lagi masih dalam proses pendataan serta korban luka sendiri berjumlah 128 orang luka berat, dan 489 orang luka ringan, 86 unit rumah, 105 ruko, 13 unit masjid rusak berat.
Tak hanya Nisa Karya, korban selamat setelah terjebak dalam puing bangunan juga dirasakan Nurdin (35), warga Masjid Trienggadeng, Pidie Jaya.

Lelaki ini mengalami patah tulang belakang karena tertimpa beton rumah saat menyelamatkan istri dan bayi laki-laki bernama Ali (empat bulan). Dia bahkan sempat melihat Umar (2,5), anaknya yang lain, terimpit reruntuhan.

"Tak berdaya saya bangun dan saya selamatkan bayi dan istri saya, tetapi secepat itu anak saya, Umar, tertimpa reruntuhan. Hingga saya mendapat kabar ia (Umar) sudah meninggal. Wajahnya berdarah," kisah Nurdin dengan linangan air mata.

Saat ditemui Serambi di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli, Nurdin terlihat masih lemah dengan tangan diinfus. Ia tengah menunggu dirontgen dan operasi.

Sementara itu, istrinya, Sarmela (34), mengalami luka robek dan lecet memilih pulang ke Trienggadeng untuk menguburkan anaknya Umar.

Menurut penuturan Nurdin, saat gempa terjadi, ia terbangun dan merasakan hentakan bangunan dahsyat. Anaknya, Umar, tidur di kasur bawah dekat ranjang. Seketika itu, dinding beton rumahnya bergoncang hebat. Ia bergegas mengangkat bayi dan menahan reruntuhan.

Dalam kondisi serbapanik itu, Nurdin tak melihat Umar tertimpa reruntuhan, sementara pinggang dan tangannya juga tertimpa beton saat menyelamatkan bayinya.

Ia tak kuasa bangkit menggendong Umar. "Saya sedih tidak bisa melihat pemakaman anak saya," ujarnya tersedu seraya menahan sakit.

Cerita tak kalah mirisnya juga dialami Aliya (10), bocah Ulee Gle, Pijay. Ia selamat setelah berhasil keluar dari reruntuhan ruko yang roboh dengan cara merangkak.

"Aliya terjebak dalam ruko. Ia berhasil keluar dengan merangkak dari reruntuhan. Sekarang, ia trauma dan luka-luka," kata Raudatul Jannah, kerabat Aliya kepada Kompas.com.

"Dia hanya bisa bilang kalau ayah ibunya ada di dalam ruko masih terjebak. Dia dalam kondisi trauma berat," katanya.

Raudatul mengatakan, bangunan ruko miliknya tersebut hancur akibat gempa. Di ruko tersebut, tinggal bibinya bernama Mariani dan suaminya, Ibrahim, bersama anak mereka, Aliya.

Baca: Aliya Merangkak Keluar dari Reruntuhan Ruko yang Roboh akibat Gempa Aceh

Kompas TV Pidie Jaya Jadi Daerah Terdampak Parah Gempa Aceh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com