Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keceriaan Siswa SD Saat Membatik Motif Khas Gresik pada Tampah

Kompas.com - 02/10/2016, 07:28 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Selain peringatan Tahun Baru Islam 1438 Hijriyah, Minggu (2/10/2016) besok, juga ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional dalam rangka untuk melestarikan kebudayaan para leluhur.

Tidak ingin ketinggalan momen tersebut, para siswa dari SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, Jawa Timur, juga turut menumpahkan hasil kreasinya dalam membatik. Namun bukan pada media kain pada umumnya, melainkan pada tampah yang biasa digunakan untuk memilah antara beras dengan gabah setelah digiling.

“Kami ingin memberikan edukasi kepada para siswa, jika jangan sampai salah satu warisan budaya ini juga dilupakan, yang nantinya bakal diklaim oleh bangsa lain seperti batik beberapa waktu lalu,” ungkap guru SD Muhammadiyah Manyar bagian kesiswaan Shofan Hariyanto, Minggu (1/10/2016).

Selain membatik, para siswa yang terlibat dalam agenda ini juga diajak dan diarahkan untuk hanya menggambar motif batik khas Gresik berupa motif ikan, sisik ikan, maupun damar kurung.

“Agar beda saja dengan hasil-hasil batik yang lain, yang sudah lazim dan banyak ditemui selama ini. Sebab kami juga sedang giatkan motif khas Gresik ini supaya dikenal khalayak ramai, bahwa Gresik juga punya motif khas tersendiri,” ungkapnya.

Membatik dengan tampah dan cat air ini disambut gembira oleh para siswa. Salah satunya adalah Muhammad Fadil Thoriq Garmawan, yang saat ini tengah duduk di kelas enam SD Muhammadiyah Manyar.

“Saya sudah mulai ikut ekstra seni rupa yang di dalamnya ada keahlian membatik, sejak kelas tiga. Habis asyik, bisa menggambar dengan model aneh-aneh,” tutur Fadil.

Dia mengaku, mengetahui dan mulai menggemari batik sejak dirinya baru duduk di kelas satu SD. Kesenangan itu, lantaran sang ayah maupun mamanya memang menggemari batik sehingga seringkali kedua orangtuanya menggunakan pakaian dengan pola batik yang membuatnya lama-kelamaan menjadi menyukainya.

“Terlebih membatik dengan memakai media tampah ini, ternyata jauh lebih menyenangkan ketimbang membatik biasanya dengan menggunakan cintung dan kain. Sebab dengan begini, saya bisa bebas berekspresi,” tuturnya.

Sementara itu, Nurul Mahmudiyah yang merupakan salah satu guru pembimbing ekstrakulikuler seni rupa di SD Muhammadiyah Manyar mengatakan, sengaja memilih tampah sebagai media membatik agar para siswa sadar jika membatik bisa juga menggunakan media apa pun.

“Selain itu, antara pelestarian batik dan tempeh yang semakin tergerus oleh zaman bisa klop. Dan rupanya anak-anak lebih menyukai membatik dengan media tampah ini, ketimbang menggunakan media kain,” ungkapnya.

Nurul menambahkan, ekstrakulikuler seni rupa diikuti banyak siswa di SD Muhammadiyah Manyar. Ada sekitar 100-an siswa bahkan lebih, mulai dari siswa kelas tiga sampai enam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com