Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nurhayati, Derita Tiada Akhir TKI Korban Perdagangan Manusia

Kompas.com - 30/08/2016, 15:57 WIB
Emanuel Edi Saputra

Penulis

Pamannya menerima sejumlah uang dari pihak kedua. Nurhayati tidak diperkosa pihak kedua, tetapi malam itu juga langsung berangkat dengan mobil pribadi milik pihak kedua tersebut tanpa didampingi pamannya.

Selama di jalan tidak ada masalah. Paginya, mereka tiba di lokasi kerja.

Ia bekerja di pom bensin di negera bagian Johor dua tahun dari 2005 hingga 2007 dengan gaji 1.000 Ringgit Malaysia per bulan atau setara dengan Rp 3,2 juta per bulan. Nurhayati bekerja dari pukul 04.000 hingga 16.00.

Setelah bekerja di pom bensin, ia harus bekerja lagi di rumah majikan tempat ia tinggal. Ada juga TKI lain yang sudah dahulu tinggal di sana. Ia memasak dan membersihkan rumah.

Meskipun Nurhayati minggat dari rumah, ia mengirimkan sebagian penghasilannya kepada orangtuanya. Namun, karena tidak ada nomor rekening orangtuanya, ia terpaksa meminta bantuan paman yang menjualnya itu lewat telepon.

Nurhayati mengirim lewat rekaning pamannya. Ia meminta pamannya mengantar uang itu kepada orangtuanya. Kebetulan pamannya sudah di Sumbawa Besar waktu itu.

Diduga meninggal

Akhir 2007, Nurhayati berupaya menghubungi orangtuanya menggunakan telepon. Namun, orangtuanya mengira ia sudah meninggal.

“Ternyata beberapa bulan setelah saya tinggalkan, ada orang mengantarkan jenazah perempuan ke rumah orangtua saya yang namanya juga Nurhayati dengan wajah jenazah yang sudah rusak. Saya tidak tahu siapa yang mengirim jenazah itu,” ujarnya.

Nurhayati berusaha meyakinkan orangtuanya bahwa itu bukan jenazah dia. Orangtuanya akhirnya percaya.

Setelah itu, Nurhayati menanyakan uang kirimannya apakah sudah disampaikan pamannya atau belum. Ternyata uang itu tidak sampai kepada orangtuanya.

Orangtuanya meminta Nurhayati pulang. Nurhayati menolak dengan alasan ia ingin bekerja. “Selama tiga tahun berturut-turut saya berganti pekerjaan mulai dari bekerja di kebun buah di Johor, sampai bekerja di kebun bunga di Sibu, negara bagian Sarawak,” ujarnya.  

Total lima tahun ia bekerja di Malaysia. Selama di Malaysia Nurhayati mengaku tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk dari majikan. Hanya saja, perlakuan pamannya menyisakan luka mendalam.

Pada 2010, ia memutuskan kembali ke Indonesia dengan membawa uang tabungan Rp 30 juta. Ia tidak langsung pulang ke NTB melainkan ke Pontianak, Kalbar melalui Entikong, Kabupaten Sanggau, bersama rekan-rekan kerjanya sesama perempuan selama di Malaysia.

Terlunta-lunta

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com