Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepaskan Jabatan Manajer di Perusahaan Asing, Pria Ini Memilih Jadi Petani

Kompas.com - 22/08/2016, 15:27 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

Ambisinya menjadi petani sukses belum berjalan mulus. Sekitar tahun 2010 awal pertama menanam padi, ia mengalami gagal panen dan kerugian mencapai puluhan juta. Kerugian itu ditanggung sendiri oleh pria asal Kecamatan Wedi, Klaten, tersebut.

"Saya tidak punya lahan sawah sendiri, jadi saya berusaha mencari lahan sawah yang disewakan oleh warga. Setelah dapat, saya mencoba menanam padi," jelasnya.

Namun, gagal panen tidak menyurutkan semangat Agung untuk tetap bertani. Ia pun menguras tabungan pribadi Rp 80 juta dan menjual mobil Rp 100 juta untuk modal bertani. Uang itu dipakai untuk sewa lahan hingga membeli pupuk.

"Waktu itu bisa panen 60 ton dan saya untung lumayan. Lalu saya coba tanam dan gagal panen karena musim hujan. Tapi juga pernah gagal karena hujan terus-menerus dan tidak ada beras yang bisa dijual," kenang Agung.

Seiring berjalannya waktu, Agung merasa lega sudah dapat membelikan sang istri, Cecilia Rita Suryaningtyas, sebuah mobil dari hasil panen padinya.

Selain itu, putri sulungnya bisa bersekolah di salah satu sekolah favorit di Kota Solo, Jawa Tengah.

Agung pun mengaku berkeinginan untuk mengajak kaum muda untuk tidak malu untuk menjadi petani.

Menurut Agung, dengan pengolahan yang tepat dan perlakuan lahan pertanian dengan benar akan menghasilkan hasil yang maksimal.

Keberhasilan Agung dalam pertanian pun menginspirasi kaum muda lainnya di Klaten. Salah satunya adalah Sugiyanto (36), tetangga Desa Agung di Kecamatan Wedi, Klaten.

"Saya sempat bingung kok menjadi petani gitu-gitu saja, dan monoton. Tidak membayangkan membiayai hidup keluarga saya dengan menjadi petani. Namun, saat diajak Agung untuk menanam dengan pola berbeda, saya tergerak untuk menjadi petani sukses buat membiayai istri dan tiga putra saya," kata Sugiyanto.

Sugiyanto menganggap pola pengolahan tanah sebelum masa tanam menjadi kuncinya. Pola dengan mempertimbangkan mikrobia di dalam tanah dikenalkan oleh Agung.

"Panen gabah dalam kondisi basah bisa dua ton, dan sebelumnya saya belum pernah mengalaminya," kata Sugiyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com