Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kopi yang Membuat Gunung Puntang Kembali Berseri

Kompas.com - 22/08/2016, 11:47 WIB
Kompas TV Mengenal Cita Rasa Kopi Bag. 1

Pola Tanam
Ayi mengatakan, rusaknya kawasan hutan ini dahulu tak lain karena pola tanam keliru yang dilakukan warga secara turun-temurun. Kawasan hutan produksi yang seharusnya ditanami tanaman keras banyak dimanfaatkan sebagai kebun sayuran.

"Pohon kopi juga ada, tapi hanya sebagai pagar kebun sayur," ujarnya.

Kecenderungan para petani untuk menanam sayuran, bukan tanaman keras seperti kopi, menurut Ayi, bukan tanpa sebab. Sayuran lebih cepat dipanen dan harganya relatif stabil, sedangkan kopi perlu waktu sekitar dua tahun untuk panen perdana, meski masa panennya juga panjang, tiga hingga empat bulan.

"Tapi, penyebab utamanya adalah harganya yang sangat rendah dan dimonopoli para tengkulak. Dulu, harga biji kopi baru petik tak pernah lebih dari Rp 3.000 per kilo. Baru beberapa tahun ini harganya meningkat seiring munculnya kebun-kebun kopi arabika yang dikelola secara organik oleh sejumlah kelompok tani. Sekarang harga biji kopi yang baru dipetik di tingkat petani sudah dalam kisaran Rp 8.500 per kilogram. Ini lumayan," kata Ayi.

Kopi dari kebun Ayi mendapat nilai tertinggi untuk booth Indonesia dalam uji cita rasa (cupping) yang digelar Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS), April 2016. Kopi Ayi mendapat nilai 86,25 dengan nilai lelang 55 dollar AS per kilogram.

"Ini tentu menggembirakan. Tapi, di sisi lain menjadi tantangan untuk konsisten dan bekerja lebih baik lagi," ujar Ayi, yang juga bergabung dengan Sustainable Coffee Platform of Indonesia (Scopi), yang bergerak pada pengelolaan kopi ramah lingkungan.

Selama lima tahun terakhir, lebih dari 150 hektar lahan di Gunung Puntang sudah mulai dipenuhi tanaman kopi. Sebagian di antaranya sudah menerapkan sistem organik. (Arief Permadi)

Artikel ini sudah tayang di Tribun Jabar dengan judul Kisah Petani Kopi : Ketika Paras Gunung Puntang Kembali Berseri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com