Awal mula ia mengusulkan keberadaan CLC itu lantaran melihat banyak anak usia sekolah yang ada di barak atau perumahan TKI di ladang. Di perusahaan ini, sedikitnya ada lebih dari 800 TKI menjadi pekerja.
"Sekarang yang baru mendaftar baru 33 anak, mulai dari TK sampai SD," tuturnya.
Secara formal, kegiatan belajar di CLC tersebut mengikuti kurikulum yang digunakan di Indonesia. Peserta didik di CLC pun juga akan mendapatkan buku laporan hasil pendidikan (rapor) yang bisa digunakan apabila pindah sekolah atau kembali ke Indonesia.
Selama beberapa tahun menjadi guru bagi anak-anak TKI itu, Rosdiana juga kerap mengikuti pelatihan demi pelatihan yang diberikan KJRI guna menunjang keahliannya mengajar.
Terkait bayaran, saat ini ia digaji RM 35 atau setara dengan Rp 112.000 per hari. Gaji tersebut dibayar oleh perushaan. Ia mengajar mulai dari Senin hingga Sabtu.
"Rencananya nanti akan saya bagi dua shift karena saya hanya sendiri yang mengajar di sini. Pagi mulai jam 07.30 sampai jam 12.00, lanjut lagi siang jam 14.00 sampai jam 17.00," jelasnya.
Baca juga: Mengunjungi Sekolah untuk Anak TKI Sawit di Sarawak, Malaysia
Wajah ceria anak TKI