Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memuliakan Sampah Kerang

Kompas.com - 01/07/2016, 09:19 WIB

Ada pula kulit kerang yang diolah menjadi ornamen pada perabotan, seperti meja, kursi, dan ranjang. Tempelan kulit kerang dan sebagian keong tersebut seolah menghidupkan rangka bangun benda-benda yang umumnya terbuat dari aluminium dan sebagian kayu. Lapisan resin yang sekaligus berfungsi sebagai perekat potongan-potongan kulit kerang juga memberi sentuhan yang mempercantik.

"Kulit-kulit kerang itu sayang sekali jika terbuang. Awalnya saya melayani ekspor kulit kerang saja ke luar negeri. Suami saya yang dari Filipina memiliki koneksi dengan jaringan pasar kerang di sana. Namun, lama-kelamaan saya tertarik untuk mengembangkan bisnis itu sendiri," ujar Nur Handiah yang suaminya, Jaime Taguba, berdarah Filipina.

Ia mulai mempelajari desain ornamen itu dari berbagai buku desain, majalah, juga dari masukan pembeli di luar negeri. "Saya juga selalu mengikuti tren soal warna atau barang apa saja yang sedang disukai di luar negeri," ujar Nur Handiah, yang lahir di Banyumas, Jawa Tengah, sekitar 50 tahun lalu.

Keragaman

Awalnya Nur Handiah hanya mencari kulit kerang dari sekitar Cirebon. Lama-kelamaan ia tertarik untuk mengembangkan suplai bahan baku dari daerah-daerah lain. Ia menemukan kerang-kerang dari berbagai belahan Nusantara yang memiliki karakter dan corak kulit yang berbeda-beda tergantung dari kondisi alamnya.

Ia pun kemudian berburu kulit kerang bersama suami hingga ke Ujung Kulon, Sulawesi Tenggara, Lampung, Aceh, dan Medan. Di tempat-tempat itu, Nur Handiah terkesima dengan kekayaan pesisir Nusantara, termasuk keragaman kulit kerang yang ditemuinya. Aneka jenis kerang dikenalnya dengan istilah lokal, mulai dari simping, darah, salju, mata tujuh, perceng, unem, onol, abalon, serta beragam kerang lainnya. "Saya pernah ke Pulau Sembilan di Aceh. Di sana kulit kerang berserakan, mulai dari tepi pantai sampai jauh ke daratan. Kulit kerang itu belum termanfaatkan dengan baik. Penduduk lokal pun memakainya untuk fondasi rumah mereka," ujarnya.

Nur Handiah bekerja sama dengan penduduk lokal untuk mengolah kulit kerang. Dibantu tokoh masyarakat setempat, ia pun pelan-pelan mengajari warga mencuci dan menyortir kulit-kulit kerang itu. Warga pun mendapatkan imbalan dari penyiapan bahan baku itu. Di Cirebon, kulit kerang itu diolah oleh lebih dari 500 pekerja di pabrik kerang milik Nur Handiah di Astapada.

"Bahan baku kami memang tidak selalu dari luar Jawa. Yang utama masih di sekitar pesisir Jawa. Kami mengambil dari sana hanya sesekali sembari membantu penduduk lokal," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com