Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Jerat Satwa dan Belasan Bom Ditemukan di Hutan Lindung Balikpapan

Kompas.com - 11/06/2016, 20:27 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Sejumlah 177 jerat penangkap babi hutan, rusa, kancil, dan kijang serta 15 bom untuk menangkap babi hutan dikumpulkan dari dalam Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Para penjaga dari Blok Perlindungan dan Ekowisata HLSW mengumpulkan jerat dan bom itu dari banyak titik di dalam hutan sepanjang Januari hingga Mei 2016.

Mereka juga mendapatkan satu senapan angin, tiga lem dan tiga jaring penjebak burung. “(Tanda ada) perburuan satwa dalam hutan lindung,” kata Agusdin, Wakil Manajer Pengelola HLSW, Sabtu (11/6/2016).

Jerat dan bom itu ditemukan saat pembuatan sekat bakar di sekeliling hutan lindung untuk mengantisipasi kebakaran hutan besar seperti terjadi di 2015. Agusdin mengungkap, temuan ini menunjukkan praktek perburuan ini sudah berlangsung lama di dalam hutan.

“Kami perkirakan ini sudah berlangsung lama di dalam sana, sejak sekitar setahunan lalu,” kata Agusdin.

Blok Perlindungan HLSW dan ekowisata ini seluas 8.082 hektar. Seluas 4.500 ha di dalamnya merupakan hutan kondisi primer. Hutan ini mulai dari rawa terbuka, hutan rawa air, hutan sungai, dan hutan dipterokarpa.

HLSW digadang sebagai salah satu hutan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Satwa dilindungi dan langka bisa ditemui di sana, seperti orangutan hasil introduksi, beruang madu, rusa sambar, hingga burung enggang.

Agusdin mengungkap kekawatirannya kalau satwa dilindungi pun kena dampak dari perburuan liar ini. Temuan ratusan jerat dan bom pemburu sekaligus membuka lebar peluang mendapat satwa yang bisa diperdagangkan.

Yang dikawatirkan adalah perburuan juga berdampak pada satwa dlindungi di dalamnya. “Perburuan ini gawat, karena ada banyak satwa dilindungi di sana,” katanya.

Banyak pegiat lingkungan menemukan satwa di beberapa penjual burung yang kini mulai marak di Balikpapan, terutama burung. “Kami pernah temukan merak raja (yang juga hidup di HLSW) hingga enggang, dan kakak tua jambul kuning, juga kukang di jual di jual,” kata Agus.

Petugas HLSW juga sempat menemukan kaki rusa hingga para pemburu burung, selagi patroli. “Para pemburu yang kami pergoki adalah warga yang berasal dari kilometer 5 Balikpapan, dimana juga banyak penjualan satwa burung di sana. Kami lakukan pembinaan (tidak ditangkap) saja,” kata Agus.

Perburuan satwa merupakan satu dari banyak tekanan pada hutan lindung ini seiring pembangunan di sekelilingnya, pertumbuhan pemukiman, dan kebun rakyat.

Pembangunan masif berlangsung di sekeliling dan tak jauh dari hutan, di antaranya di sebelah Selatan terjadi pembukaan Kawasan Industri Kariangau dan jalan penghubung Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara.

Sementara itu pemukiman dan kebun rakyat juga mulai tumbuh di sebelah Utara dan Timur HLSW. Di sana berbatasan dengan HPH Inhutani I dan hutan kemasyarakatan.  “Di dalam hutan dekat perbatasan dengan pemukiman paling banyak ditemukan bom pembunuh babi ini. Di luar area hutan adalah pemukiman warga,” kata Agusdin.

“Bom babi itu jebakan yang biasanya dimakan babi dan daya ledaknya bisa memecahkan kepala babi,” kata Agus.

Sepanjang lima bulan belakangan ini. “Petugas kami pernah mendengar tiga suara ledakan dalam hutan dan 8 suara ledakan di pinggir hutan,” kata Agusdin.

Pencuri Gaharu

Warga masuk hutan lindung dan melancarkan aksi kriminal pernah terungkap di 28 Februari 2016 lalu. Lima orang ditangkap penjaga HLSW karena mencuri pohon dilindungi jenis kayu gaharu. Lima orang itu rupanya warga Kabupaten Tanah Bumbu Kaimantan Selatan.

Pengungkapan pencurian bermula ketika petugas keamanan HLSW patroli dalam hutan. Tepat di blok inti HLSW petugas menemukan sebuah pondok dan mendapati ke lima pelaku. Petugas curiga. Mereka diperiksa dan ditemukan 3 plastik serta 1 karung berisi kayu gaharu.

Lima orang itu tak mengelak telah melakukan penebangan kayu. Petugas keamanan HLSW kemudian berkoordinasi dengan Polsek Balikpapan Utara. Kelimanya langsung digiring polisi.

Kompas TV Wisata Hutan "Mangrove"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com