Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Harapan Pengelolaan Pesisir dari Pulau-Pulau di Sangihe

Kompas.com - 05/05/2016, 10:49 WIB

Tim Redaksi

SANGIHE, KOMPAS.com - Raut wajah Risno Mangune (32) terlihat gembira pagi itu. Hujan yang dinanti turun juga. Bak-bak penampungan air di pulau Batuwingkung terisi lagi.

Batuwingkung merupakan desa yang berada di kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara. Risno telah menjadi kepala desa selama satu periode, bagi 423 jiwa penduduk di pulau itu.

"Hujan sudah jarang turun di sini. Sumber air berkurang, sumur warga banyak yang kering. Kemarau tahun lalu sangat berpengaruh," keluh Risno saat menjemput Tim dari Perkumpulan Yayasan Pendidikan Alam (YAPEKA), Kamis (5/5/2016).

YAPEKA bersama Perkumpulan Sampiri Sangihe memilih pulau Batuwingkung menjadi salah satu target pengembangan program pengelolaan wilayah sumber daya pesisir dan laut berbasis masyarakat.

"Dari survey awal kami, dari sisi ekologi, Batuwingkung punya potensi untuk dikembangkan. Disini ada mangrove, padang lamun dan terumbu karang," ujar Agus W dari YAPEKA.

Menurut Agus, warga perlu didorong dan diberi penguatan dalam mengelola sumber daya alam serta pemanfaatannya. Harus ada penguatan secara kelembagaan, serta mengajak mereka merancang bersama program yang cocok dengan kondisi lingkungan mereka.

Berkurangnya sumber air bersih, diakui oleh Risno salah satunya dampak dari kurang pedulinya masyarakat menjaga pohon-pohon di pulau itu.

"Banyak yang menebang pohon sembarangan. Kami juga terbatas untuk menegurnya, karena mereka memberi alasan itu adalah lahan milik mereka," jelas Risno.

Walau kemarau panjang setahun lalu dianggap memberikan dampak yang signifikan, tapi ketiadaan pohon-pohon di dekat sumber air, dianggap sebagai penyebab utama lainnya berkurangnya sumber air bersih.

"Beberapa waktu lalu, ada warga sampai bentrok hanya untuk memperebutkan sumber air. Saya kira ini sudah harus dipikirkan jalan keluarnya," kata Risno.

Kompas.com/Ronny Adolof Buol Salah satu sudut pantai di Pulau Batuwinkung, Sangihe, Sulut.
Alasan YAPEKA dan Sampiri masuk melalui pengelolaan wilayah pesisir, karena 190 hektare (ha) dari 250 ha luas Batuwingkung merupakan wilayah perairan.

"Sebagian besar penduduknya mengantungkan harapan dari mencari ikan di laut, bahkan ada yang mencari ikan hingga ke perairan Siau dan Ternate," jelas Agus.

Agus menuturkan, mereka ingin memberikan pemahaman kepada penduduk Batuwingkung, bagaimana mengelola sumber daya alam yang bertanggungjawab, berkelanjutan serta mensejahterakan masyarakat dalam jangka panjang.

"Walau fokus utama kami di wilayah pesisir, wilayah daratan dan hutan juga menjadi target. Nanti kami akan dorong penghijauan, pengelolaan tanaman organik dan pengembangan ekowisata," kata Agus.

Bersama stakeholder terkait, YAPEKA dan mitranya akan berada di Sangihe selama dua tahun. Mereka akan masuk melalui program daerah perlindungan laut dan secara bertahap memberikan pendampingan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa (RPJMD).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com