Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Sekolah Terpencil, Siswa 6 Kelas Belajar dalam Satu Ruangan

Kompas.com - 02/05/2016, 09:56 WIB
Junaedi

Penulis

 

Di malam hari, Nurasia belajar menggunakan lampu pelita dari minyak tanah. Di desanya tak ada listrik PLN, warga hanya menggunakan mesin genset yang tentu saja dengan biaya besar. Itu pun hanya satu atau dua warga yang memiliki mesin genset.

Jangankan bisa menikmati menikmati fasilitas internet untuk meningkatkan pengetahuan dan SDM-nya, menikmati perabotan seperti kulkas dan televisi saja bisa dihitung dengan jari.

Mata pelajaran sama

Hariani, salah satu guru Nurasia, mengaku pasrah dengan kondisi sekolahnya yang sangat minim sarana. Idealnya, setiap kelas memiliki ruang masing-masing dan diajarkan oleh guru yang berbeda.

Namun karena kondisi keterbatasan ruang dan fasilitas lain, para siswa dari enam kelas berbeda ini belajar dalam satu ruangan yang sama.

“Idealnya punya enam kelas dna siswa belajar di masing-masing kelas dan mendapat pelajaran dari guru yang berbeda, tapi karena situasinya seperti ini ya mau apa lagi," kata Hariani.

Kondisi seperti ini, lanjut dia, membuat belajar dan mengajar tidak efektif karena perhatian siswa kerap terpencar.

Selain itu, guru tidak bisa maksimal mengajar lantaran terlalu banyak mata pelajaran dan kelas yang harus dihadapi pada waktu yang bersamaan. Namun karena tak ada alternatif lain, Hariani hanya menjalani saja apa adanya.

Wakil Kepala MI Makula, Supriadi menjelaskan, kondisi sekolah seperti ini sudah berlangsung hampir 10 tahun. Enam kelas siswa digabung dalam satu kelas. Mereka diberi pelajaran yang sama dari kelas satu, dua hingga kelas enam.

Menurut Supriyadi, salah satu kendala hingga sekolah di desa ini belum bisa berdiri secara permanen dan mendapatkan dana BOS, termasuk guru yang cukup secara rutin, karena jumlah siswa di MI belum mencapai 40 orang setiap tahun.

“Meski kondisi belajar apa adanya di sekolah darurat seperti ini, intinya para siswa bisa belajar apa saja dan bisa pulang membawa pengetahuan baru atau pengalaman baru dari sekolahnya,” ujar Supriyadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com