Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Kepala Sekolah Ini Pun Mengaku sebagai Waria...

Kompas.com - 01/02/2016, 13:33 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB. Syahrial (50), duduk di depan salonnya di Desa Turan lalang, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Wajahnya terlihat putih bersih, juga halus.

Syahrial adalah seorang guru SD di daerah itu, ia bahkan pernah menjadi seorang kepala sekolah yang berhasil memajukan sekolahnya.

Saat ini, dia tak lagi menjabat kepala sekolah, dan hanya menjadi guru biasa di Desa Turan Lalang.

Selain bekerja sebagai tenaga pengajar, ia juga mengaku sebagai salah seorang waria di daerah itu.

Ia memiliki pekerjaan tambahan yakni usaha salon yang mempekerjakan beberapa waria. Meski waria Syahrial memiliki keluarga, yakni isteri yang sudah meninggal dunia dan seorang anak yang saat ini telah berkeluarga.

Saat dikunjungi Kompas.com ke rumahnya, pria berkulit putih ini mengaku dia adalah seorang waria dengan segala macam kemampuan. Meski demikian, ia menyukai kegiatan seperti menyapu, memasak, mencuci pakaian, hingga merias.

Baginya menjadi waria hanya semacam ungkapan diri saja, tak lebih. Ia mengaku sama dengan manusia normal lainnya.

"Meski saya waria, saya tidak berpenampilan seperti perempuan, hanya gerak tubuh saja," kata dia.

Syahrial di sekolah dikenal sebagai guru yang disiplin, penyayang, namun tegas di mata para rekan kerja dan muridnya.

Kepala Desa Talang Bunut, Kabupaten Lebong, Meron, mengatakan di desanya banyak waria dengan beragam pekerjaan, mulai dari perias, petani.

"Secara umum di Kabupaten Lebong, waria sudah bersatu dengan masyarakat, mereka beragam pekerjaan, ada mantan anggota DPRD, guru agama, guru biasa, PNS, kerja salon, atau petani," ungkap dia.

Sejauh ini, para waria di daerahnya tak sampai membuat kegaduhan di masyarakat. Para waria kata Syahrial, bekerja sangat rajin, apalagi dalam bidang gotong royong dan olahraga volley.

Pemuda Kabupaten Lebong, Rino Adawat, menceritakan kisah para waria di Kabupaten Lebong cukup komplit namun mengkhawatirkan.

"Waria di Lebong, cukup banyak, di satu sisi mereka hidup berdampingan dan tidak disingkirkan, mereka banyak membantu masyarakat, namun penyimpangan seksual juga mengkhawatirkan," ungkap dia.

Adan
Penyimpangan seksual tersebut dapat ditemui dalam keseharian waria yang kerap memilih pelajar berumur di bawah 17 tahun sebagai adan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com