Meski hanya di depan poskamling dan berada di pinggir jalan, tetapi pembeli Gudeg Lindu cukup bervariasi, mulai dari masyarakat Yogyakarta, tukang becak, mahasiswa, sampai wisatawan lokal maupun asing. Bahkan, menurut Ratiah, sejumlah orang terkenal di Indonesia juga masih sering memesan gudegnya.
"Ada pakar kuliner Indonesia Willi Wongso, lalu perancang busana terkenal itu siapa saya lupa, juga sering ke sini. Yang pakar kuliner itu sampai perintah sopirnya untuk beli lalu dibawa ke Jakarta," tuturnya.
Tak hanya orang Indonesia, sejumlah turis mancanegara juga pernah mampir karena mendengar ketenaran gudeg buatannya.
"Beberapa kali ada wisatawan dari Singapura dan Malaysia yang ke sini. Lalu pesan beberapa besek untuk dibawa ke negaranya," ungkap Mbah Lindu.
Pertahankan cita rasa
Mbah Lindu juga berusaha mempertahankan resepnya. Meski sudah lanjut usia, dia masih meracik bumbu dan mengolah gudeg dengan tangannya sendiri demi mempertahankan cita rasa asli gudeg buatannya.
"Resep masih seperti dulu, tidak pernah berubah sama sekali. Jenisnya juga masih sama, krecek, gudeg, tahu tempe, dan telur ayam," kata Mbah Lindu.
Mbah Lindu menyajikan makanan khas Yogyakarta ini dengan pincuk, yaitu daun pisang yang dijepit lidi.
Gudeg Mbah Lindu buka dari mulai pukul 05.00-10.00 WIB setiap hari. Saat ini, dia menjual menu gudegnya dengan harga Rp 15.000-Rp 20.000.
"Saya mau berjualan terus sekuatnya. Mau diberikan rezeki banyak atau sedikit ya harus tetap disyukuri," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.