Warga perambah
Tandia, Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang dikonfirmasi secara terpisah mengungkapkan, warga dusun perambah sangat kompak saat berhadapan dengan petugas kehutanan sehingga kerap menciptakan problem pelik di lapangan.
Pihaknya menghadapi dilema saat berupaya mengamankan perambah yang tidak mengenal takut.
Apabila tidak dihadapi secara keras, perambahan akan terus berlangsung dan semakin besar, namun bila ditertibkan akan muncul konflik yang dapat menjadi peristiwa berdarah-darah.
“Mereka (warga dusun) itu setiap musim panas membakar areal TNTN. Pada tahun ini luas kebakaran semakin berkurang karena ada patroli TNI dari Kostrad dikirim ke TNTN. Di lokasi yang Anda masuki, memang belum ada patroli Kostrad,” kata Tandia.
Tandia mengatakan interogasi di tengah hutan, adalah peristiwa biasa dan belum apa-apa dibandingkan kejadian yang dihadapi pihaknya.
Petugas TNTN, pernah menjemput seorang tersangka kasus perambahan di Dusun Kuala Renangan dengan kawalan polisi.
Saat masuk dusun tidak terjadi masalah, namun ketika akan membawa tersangka, puluhan warga berbekal senjata tajam, memblokade jalur keluar dan tidak membolehkan petugas membawa warganya.
Daripada timbul konflik berdarah, petugas TNTN dan polisi akhirnye batal membawa tersangka penduduk dusun.
“Anda sudah lihat sendiri kan bagaimana berhadapan dengan perambah. Tidak mungkin kami sendiri melakukan penindakan terhadap perambahan. Penindakan semestinya mendapat bantuan Kostrad, karena pasukan itu terbukti ditakuti perambah,” kata Tandia. (Bersambung)
_______________
Sebelumnya:
Menyusuri Kehancuran Taman Nasional Tesso Nilo (1)
Selanjutnya:
Menyusuri Kehancuran Taman Nasional Tesso Nilo (3)