Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Kehancuran Taman Nasional Tesso Nilo (2)

Kompas.com - 04/11/2015, 09:58 WIB
Syahnan Rangkuti

Penulis

Interogasi

Tidak lama setelah melewati bedeng itu, sayup-sayup terdengar raungan sepeda motor mendekat.

Suara mesin motor semakin keras dan dari balik pepohonan rusak bekas terbakar terlihat dua lelaki mengendarai sepeda motor jenis bebek, lagi-lagi tanpa plat nomor polisi. (Baca : Menyusuri Kehancuran Taman Nasional Tesso Nilo I).

Motor itu berhenti tidak jauh dari kami yang sedang mengambil gambar kondisi hutan observasi gajah Sumatera itu. 

Lelaki setengah tua yang mengendarai motor mematikan mesin. Dia langsung bertanya, mengapa kami datang ke hutan itu? Apa keperluannya?

Pertanyaan itu memang disampaikan dengan nada datar, namun terkesan mengintimidasi dan penuh kecurigaan.

Sedangkan lelaki yang duduk diboncengan, memakai celana loreng militer dengan topi berpangkat tiga bintang, memilih berdiri agak jauh di belakang. Posisinya seakan-akan berjaga-jaga atau bahkan sedang mempersiapkan serangan fisik.   

Setelah menerangkan bahwa kedatangan kami terkait informasi kebakaran hutan, pengendara motor yang mengaku bernama Sukiman, entah itu nama aslinya, tampak lega.

“Kami pikir bapak dari PT,” katanya.

Yang dimaksud Sukiman tentang PT adalah perusahaan HTI yang berada di sekitar Dusun Kuala Renangan dan Dusun Dolik, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Pelalawan, Riau, wilayah administrasi hutan TNTN yang kami masuki.

Setelah peristiwa “interogasi” berlalu, Suhadi mengatakan, dua orang itu adalah “intel” warga dusun. Warga disana memang alergi pendatang, apalagi terhadap karyawan perusahaan HTI atau petugas Balai  TNTN.

PT dalam terminologi warga, adalah kelompok yang kerap membuat susah dan mengancam keberlangsungan kehidupan warga dusun yang sepenuhnya perambah hutan ilegal.

Dalam persepsi warga, orang-orang PT dan petugas kehutanan adalah wujud musuh yang akan membuat hidup mereka mengalami masalah.

Kedatangan orang asing selalu dikaitkan dengan rencana mengusir warga perambah dari tanah harapan untuk memperbaiki masa depan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com