Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Salatiga Ditekan untuk Keras terhadap Majalah Lentera

Kompas.com - 27/10/2015, 11:17 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SALATIGA, KOMPAS.com - Wali Kota Salatiga Yulianto mengakui telah mendapat tekanan dari sejumlah pihak untuk bertindak tegas atas penerbitan majalah Lentera edisi III tahun 2015 yang menurunkan laporan utama tentang peristiwa G30S/PKI di Salatiga.

Tekanan itu datang pasca munculnya polemik pembredelan majalah Lentera.

Kelompok yang mendesak Wali Kota bertindak tegas itu, menilai Wali Kota terlalu lembek melihat sekelompok mahasiswa melakukan justifikasi Salatiga sebagai salah satu basis PKI.

"Mereka dari FUIS (Forum Umat Islam Salatiga) kumpulan dari beberapa ormas, menekan saya untuk bertindak keras. Lho kok saya? Mereka bilang, masak sebagai kepala daerah kok diam saja," kata Yulianto.

Dia mengungkapkan itu ketika ditemui di rumah dinas Wali Kota Salatiga di Jalan Diponegoro 1 – 3 Salatiga, Senin (26/10/2015) kemarin.

Menurut Yulianto, dia tidak menanggapi atau menindaklanjuti tekanan itu menyusul sudah ada penyelesaian internal dari pihak kampus UKSW yang berinisiatif menarik seluruh majalah yang sudah beredar.

Pihak Rektor UKSW juga sudah meminta maaf atas lolosnya materi dalam majalah kampus tersebut.

"Sebenarnya sudah diselesaikan secara internal dan kita sepakat untuk silent. Tapi kok tiba-tiba muncul di media dan jadi polemik itu kita tidak tahu," kata dia.

Yulianto mengatakan, konten atau isi dari majalah dengan judul besar "Salatiga Merah" itu sebenarnya biasa-biasa saja.

Namun cover majalah bergambar massa beratribut palu arit dengan tulisan besar "Salatiga Merah" bisa menyulut kesalahpahaman pihak lain.

"Saya menghargai kebebasan pers, akan tetapi pahamilah psikologis masyarakat. Sekilas jika melihat covernya seperti itu, apalagi ada tulisannya besar warnanya merah seperti itu, masyarakat bisa salah paham," kata dia.

Selain mengkritisi cover dan judul berita utama majalah Lentera, Yulianto juga mengoreksi isi dan judul yang tidak sesuai dengan tempat kejadian.

Sebab lokasi kejadian maupun pelaku berada di Tengaran dan Getasan yang notabene merupakan wilayah Kabupaten Semarang.

"Kemudian muncul justifikasi Salatiga Merah itu ya tidak pas, sebab pelaku dan kejadiannya bukan di Salatiga. Ya mungkin karena Pimrednya bukan orang Salatiga, dia tidak paham," ujarnya.

Sebelumnya Yulianto menolak untuk meminta maaf atas kasus pembredelan majalah Lentera seperti disampaikan Presidium Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) di Jakarta beberapa waktu lalu.

Yulianto menilai desakan itu tidak berdasar, lantaran Pemkot Salatiga tidak turut campur dalam polemik tersebut. "Dasarnya apa kita disuruh minta maaf, wong Kita tidak ngapa-ngapain," kata Yulianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com