Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Muram Kehidupan Mantan Pesenam Peringkat 7 Dunia

Kompas.com - 14/08/2015, 17:25 WIB
Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Amin Ikhsan (42), mantan pesenam nasional, harus menghadapi getirnya kehidupan saat sepetak rumahnya yang berlokasi di Jalan Karawang, RT 01 RW 03, Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, digusur Pemerintah Kota Bandung.

Rumah kos serta studio musik hasil jerih payahnya itu kini hanya tersisa tanah. Kini Amin tinggal di puing-puing rumahnya yang kadung hancur tersapu alat berat pada awal Agustus lalu.

Ironisnya, penggusuran tersebut berlangsung saat Amin tengah terbaring sakit. Sekitar 10 bulan lalu atau tepatnya saat terlibat dalam Pekan Olahraga Daerah Jawa Barat di Bekasi, Amin divonis menderita gagal ginjal. Keahlian meliukkan tubuh di arena gymnasium kini musnah. Hidung Amin kini terlilit alat bantu pernapasan, terkulai lemah tak berdaya pada selembar busa dibalut gorden. Hingga kini, Amin keukeuh tak mau hengkang dari tempat tinggalnya. Dia meminta Pemkot Bandung memberikan ganti rugi yang sepadan.

"Keputusan masih di sini karena ingin kepastian penggantian rumah ini. Sejauh ini tidak ada kabar sama sekali. Saya mau hengkang di sini pun ya buat keluarga semua, saya ingin ada penggantian yang layaklah apa yang telah mereka perbuat pada rumah saya ini. Kan rumah saya ini tempat usaha juga," kata Amin dengan nada suara pelan, Jumat (14/8/2015).

Amin sadar bahwa rumah yang sudah dia tempati selama 42 tahun itu berdiri di tanah pemerintah.

"Saya tahu ini tanah pemkot, tapi selayaknyalah ada kesopanan, surat pembongkaran pun kan tidak ada. Makanya, saya tetap bertahan karena menuntut hak saya, menuntut pemerintah atas apa yang telah mereka hancurkan," tutur Amin.

Derita Amin tak berhenti di situ. Tabungannya kini terkuras untuk biaya pengobatan.

"Seminggu harus tiga kali cuci darah, biayanya Rp 1,4 juta. Penghasilan saya ya dari studio musik dan kos-kosan. Kalau sudah kayak gini, ya nol tidak punya pendapatan, mengajar pun enggak bisa karena kondisi sakit ginjal," papar Amin.

Kekecewaan Amin kepada pemerintah pun cukup beralasan. Amin adalah pesenam nasional yang mempunyai prestasi cukup bagus. Dia dinobatkan sebagai pesenam terbaik peringkat ketujuh di dunia dalam kejuaraan Sport Gymnastic Suzuki World Cup 2003 di Jepang. Belum lagi raihan 13 medali emas, 3 perak, dan 1 perunggu dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) dan Pekan Olahraga Nasional (PON).

"Saat masuk media baru ada perhatian dari pemerintah, dari Jakarta, Lampung, semua pada ke sini karena ingin tahu keadaan saya, dari KONI juga ada," ucapnya.

Dia berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan nasib para mantan atlet nasional.

"Pemerintah jangan terlalu terlena dengan keadaan sekarang, ngurusin PSSI dan lainnya. Tapi lihat juga ke belakang, karena yang mengharumkan bangsa itu seniornya. Mereka itu harusnya mendata kembali atlet yang sudah pensiun, jadi kita ada harganya. Jangan pas pensiun kita dilepas begitu saja. Awalnya dijadikan raja, tapi ujungnya malah dibuang," tutup Amin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com