Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan, Dua Kelompok Tani di Polewali Bersitegang Berebut Air

Kompas.com - 07/08/2015, 20:14 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Kekeringan membuat hubungan kekeluargaan petani di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menjadi renggang. Jumat (7/8/2015) dini hari tadi, dua kelompok tani dari dua kelurahan bertetanga di Polewali Mandar bersitegang lantaran memperebutkan air irigasi.

Aparat TNI dari Kodim 1402 bersama pemerintah setempat dan sejumlah tokoh masyarakat terpaksa turun tangan menenangkan para petani. Para petani yang bersitegang itu dari Kelurahan Sulewatang dan Kelurahan Lantora.

Keributan antar-dua kelompok tani dari dua kelurahan bertetangga ini bermula ketika sekelompok petani dari Kelurahan Sulawatang menutup total aliran air di selokan yang selama ini mengairi petak-petak sawah di kedua kelurahan tersebut.

Penutupan secara sepihak ini tentu saja tak diterima kelompok tani dari Kelurahan Lantora yang juga membutuhkan pasokan air untuk menyelamatkan ratusan hektar padi mereka yang kini terancam mati. 

Uwa Nadi, salah seorang petani asal Kelurahan Lantora sempat menemui petani Sulewatang dan memprotes aksi penutupan selokan irigasi ke petak sawah mereka.

“Saluran air tidak bisa dikuasai dan ditutup sepihak karena semua petani berkepentingan apalagi di musim kemarau, makanya kami tak sepakat jika ditutup,” ujar Uwa Nadi.

Aksi protes petani Lantora ini tak digubris petani Sulewatang. Petani Sulewateng menolak buka penutup saluran air irigasi lantaran masih sangat membutuhkan air untuk memenuhi lahan mereka yang juga terancam mati kekeringan. Akibatnya, terjadi ketegangan antar-dua kelompok tani itu. Bahkan anggota masing-masing kelompok mempersenjatai diri dengan parang panjang.

Beruntung perkelahian tidak terjadi setelah sejumlah aparat TNI dari Kodim 1402 Polewali bersama aparat lurah setempat turun tangan menenangkan emosi para petani.

Salah satu perwakilan pemerintah, Haeruddin menjelaskan, semua petani yang sedang panik sama-sama membutuhkan air untuk menyelamatkan padi mereka dari bencana kekeringan.

“Saya berharap kita semua saling tenggang rasa dan saling berbagi agar debit air yang sangat terbatas ini bisa dinikmati secara mereta dan adil. Semua petani butuh air untuk menyelamatkan padinya agar selamat dari kekeringan,” jelas Haeruddin.

Di dua kelurahan ini terdapat 200 hektar lebih sawah yang terancam mati kekeringan. Sebanyak 50 hektar lebih di antaranya kini sudah mengalami kekeringan atau puso sebelum dipanen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com