Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Ternate: Tantangan Mengasah Potensi

Kompas.com - 15/07/2015, 15:00 WIB

Hal tersebut diakui dan disayangkan pihak kesultanan. Menurut Nudzuludin Sjah, putra mendiang Mudaffar Sjah, Sultan Ternate yang ke-48, konsep pembangunan Kota Ternate kurang menonjolkan identitas Ternate sebagai salah satu kota bersejarah di Indonesia.

Tidak ada ornamen atau simbol-simbol kesultanan yang ditampilkan sepanjang jalan dari bandara menuju pusat kota. Nuansa kota budaya hampir tidak kelihatan lagi. Selain itu, kompleks Keraton Sultan Ternate juga tidak terurus.

Petunjuk jalan menuju benteng-benteng bersejarah di Kota Ternate juga sangat minim. Bahkan tak ada petunjuk menuju Benteng Oranye yang begitu besar dan terletak tepat di pusat bisnis Ternate.

Herman Oesman, sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) di Ternate, mengatakan, potensi kesultanan seharusnya terus digali, terutama peran kultural dan kearifan lokalnya dalam mengatur tatanan interaksi masyarakat.

"Sayangnya nilai-nilai adat dan tradisi keraton kurang terinternalisasi di tengah masyarakat. Tidak terlihat ada upaya untuk menstrukturkan kultur keraton itu seperti di Yogyakarta," papar Herman.

Sahrony A Hirto, pengamat kebijakan publik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMMU, menambahkan, Pemkot Ternate terkesan kehilangan konsep budaya dalam membangun kota tersebut. "Wali kota terlalu mementingkan aspek ekonomi," tutur Sahrony.

Salah satu contoh kacaunya konsep pembangunan itu adalah pembangunan taman wisata air atau water boom di tepi pantai di bagian selatan Ternate. "Kami ini, kan, orang pantai, sejak kecil sudah biasa bermain air di pantai. Lalu buat apa dibangun water boom untuk bermain air?" ujar Sahrony.

Kasus pembangunan water boom ini pula yang membuat Wali Kota Burhan Abdurahman terseret kasus hukum dugaan korupsi pembebasan lahan yang disidik Kejaksaan Tinggi Maluku Utara sejak 2012.

Meski demikian, Sahrony menghargai berbagai upaya Pemkot Ternate dalam menata ruang di kota tersebut. Contohnya penerapan konsep kota tepi air (waterfront city) sejak era Wali Kota Syamsir Andili (2000-2010). "Baru lima tahun terakhir konsep waterfront city benar-benar berusaha diterapkan dengan mengembangkan wilayah pesisir. Mengembangkan laut menjadi wajah kota," ujarnya.

Pembangunan sejumlah taman publik di kawasan pesisir, seperti Taman Nukila, Taman Falajawa, dan Taman Skateboard Ternate di Jalan Sultan M Djabir Shah, juga diapresiasi sebagai upaya memberi ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi.

"Tingkat stres pemuda di sini dulu sangat tinggi sehingga sering terjadi tawuran. Tetapi sejak ada taman-taman itu, anak-anak muda mendapatkan ruang. Tawuran antarkampung pun bisa direduksi," kata Sahrony.

Begitu banyak dan besar potensi Kota Ternate untuk berkembang. Terlalu sayang jika potensi itu tak tergarap secara serius.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juli 2015, di halaman 23 dengan judul "Tantangan Mengasah Potensi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com