Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Buka Kunci Keterbelakangan

Kompas.com - 23/05/2015, 15:01 WIB

Gunung Kunci sebelumnya adalah dusun terbelakang. ”Saya puas mendengar ada anak-anak kini bercita-cita tinggi menjadi tentara, guru, atau dokter. Artinya ada pandangan maju di antara anak-anak didik saya. Sebelumnya semangat maju itu nyaris tak ada,” kata Mas’udi.

Pada 2014, anggota Komunitas Lentera Negeri masuk ke Gunung Kunci. Mereka membantu Mas’udi meningkatkan pendidikan dengan menjadikan gubuk pengajian milik Qibtiyah sebagai gubuk baca.

Anak buruh

Tak berbeda dengan peran Mas’udi dan Qibtiyah, di Dusun Krajan, Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, juga ada Endang Sampurna Ningsih (45). Ia sukarela memberikan les mata pelajaran, tata krama, dan memberikan konseling berbagai persoalan untuk anak-anak kaum buruh pabrik di dusunnya.

Krajan merupakan kawasan pabrik. Sekitar 43 persen warga dusun bekerja sebagai buruh pabrik rokok dan garmen di sana. Sebagai buruh, orangtua anak-anak itu berangkat pukul 04.00 dan baru pulang pukul 17.00. Nyaris anak-anak buruh itu tidak terurus, baik dalam sekolah maupun pergaulannya.

”Saya hanya membantu mereka belajar. Selama ini mungkin orangtua mereka sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu membimbing anaknya belajar. Saya ingin melihat anak-anak itu bisa mendapat pendidikan yang baik,” ujar Endang.

Les yang diberikan Endang bersifat sukarela. Ibu dua anak itu mulai membimbing anak-anak kaum buruh itu sejak 1998. ”Yang terpenting, anak-anak itu bisa belajar dengan baik. Saya senang jika bisa melihat mereka berhasil sekolah atau bisa meneruskan sekolah,” tutur Endang, yang juga guru di MI Nurul Huda Mulyorejo itu.

Beban Endang membimbing anak-anak buruh itu tak ringan. Anak-anak kelas I-V SD itu bukan hanya belajar mata pelajaran, melainkan juga menyampaikan berbagai persoalannya.

Bupati Malang Rendra Kresna mengakui angka buta aksara di kabupaten itu tersisa sekitar 4.000 orang dari total penduduk sekitar 2,4 juta jiwa. Rata-rata mereka yang buta aksara berusia di atas 50 tahun. Pemerintah berusaha mengatasi buta aksara itu dengan memberikan kursus dan pelatihan informal melalui sanggar belajar, bekerja sama dengan lembaga kemasyarakatan. (Dahlia Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com