Puluhan petani dari negeri Jiran itu tiba di Desa Kaliurang bersama para pengusaha bidang pertanian Malaysia, Kamis (22/1/2015). Mereka tampak antusias melihat proses panen buah salak hingga pengepakannya.
Nina (42), salah satu petani Malaysia mengaku kagum dengan salah satu buah eksotis asli Indonesia itu. Nina mengatakan bahwa salak Nglumut lebih khas dan segar dibanding salak Malaysia.
"Tekstur daging salak di sini lebih keras sehingga rasanya juga lebih khas. Mungkin karena ditanam secara organik. Tapi salak di negara kami sedikit lebih besar dari salak ini," jelas Nina di sela-sela kunjungan.
Para petani Malaysia tidak hanya kagum pada kualitas salak Nglumut, tapi juga soal manajemen organisasi petaninya yang terwadahi dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Luhur, Desa Kaliurang.
Ziarah tani
Mokhdzir bin Hj Lias, pimpingan rombongan menambahkan bahwa kedatangannya ke salah satu desa di lereng Merapi itu dalam rangka ziarah tani atau kunjungan kerja. Mereka ingin belajar tentang pertanian organik dan manajemen organisasi para petaninya.
"Kami terkesan dan kagum dengan kemajuan pertanian di sini. Mereka sudah bisa ekspor," kata Mokhdzir yang juga mantan pejabat di Kementerian Pertanian Malaysia itu.
Dia mengatakan, kedatangannya itu juga sebagai upaya menjalin silaturahmi dengan masyarakat setempat karena beberapa leluhur mereka juga berasal dari Indonesia.
"Sebenarnya, ini bukan kunjungan saya yang pertama, tapi sudah yang kedua kalinya. Kali ini kami mengajak teman-teman. Kami ingin menjalin silaturahmi karena beberapa dari leluhur kami berasal dari Indonesia," ungkapnya.
Ekspor
Sementara itu, Kepala Desa Kaliurang Kiptiah menjelaskan, Gapoktan Ngudi Luhur sudah berdiri sejak 2007. Mereka beranggotakan lima kelompok tani yang tersebar di Desa Kaliurang. Lima kelompok tani itu mengelola lahan seluas hampir 200 hektar. Sejak September 2009 lalu, gapoktan ini mulai mengekspor salak nglumut ke Tiongkok bekerjasama dengan PT Agung Mustika Selaras (AMS) dari Sleman.
“Selama hampir enam tahun ini, total kami sudah ekspor salak ke Tiongkok mencapai 1 juta ton. Ke depan, kami berencana juga akan ekspor ke Swiss dan beberapa negara Eropa lainnya. Untuk saat ini, kami masih menunggu sertifikasi dari mereka,” papar Kiptiah.
Meski sempat terganggu akibat erupsi Gunung Merapi 2010 lalu, kata Kiptiah, namun mereka mampu bangkit dengan cepat berkat bantuan pemerintah dan semua pihak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.