Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulu, Orang Indonesia Sudah kayak Pencuri..."

Kompas.com - 05/12/2014, 14:43 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

"Sekarang tinggal meningkatkan kualitas jalan. Sekarang kan cuma tanah dan batu yang diratakan. Harusnya diaspal," harap Franklin.

Dalam bayangan Franklin, ketika jalan sudah lebih bagus yang karenanya distribusi barang bisa lebih cepat dan lancar, ongkos pengiriman barang itu pun semestinya bakal terpangkas dengan sendirinya. Harga barang-barang pun bakal jadi lebih murah.

Namun, sembari menerawang, Franklin berpendapat anggaran Kabupaten Malinau tak akan cukup bila harus menanggung semua peningkatan kualitas jalan di wilayah ini. Pada 2014, APBD Malinau adalah Rp 1,4 triliun.

Malinau punya luas sekitar 40.000 kilometer persegi. Biar gampang untuk perbandingan, luas DKI Jakarta "hanya" 660-an kilometer persegi. Dengan perbandingan luas tersebut, DKI Jakarta punya APBD Rp 72 triliun pada 2014, meski nominal anggaran dan luas wilayah ini tak bisa mentah-mentah disandingkan karena perbedaan variabel kompleksitas di kedua tempat.

Walau begitu, Franklin berharap pemerintah pusat tetap tak abai soal kualitas infrastruktur di daerahnya ini, salah satu daerah perbatasan dan pedalaman di Indonesia. "Semoga ya," kata dia.

Tersengal

Sebelumnya, harapan agar pemerintah pusat mengindahkan kondisi di daerah ini sempat pula terlontar dari Yansen. (Baca: Bupati Malinau: Jangan Bangun Tol Laut Saja...).

Pemerintah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, mengaku "tersengal-sengal" membangun wilayahnya. Yansen berharap pemerintah pusat dengan jargon "kerja, kerja, kerja" turut membantu membangun infrastruktur di wilayah ini.

Yansen menuturkan harapannya itu kepada Kompas.com di sela blusukan-nya di Desa Data Baru, Kayan Ilir, Selasa (2/12/2014). Di wilayah ini, sebut dia, ada 15 kecamatan dengan 109 desa dan baru 80 persen desa terhubung dengan jalur darat.

"Kebanyakan, yang belum tersentuh jalan itu desa-desa yang berada di wilayah perbatasan, terpencil," ujar Yansen. Desa-desa itu hanya dapat diakses lewat jalur udara. Tentu saja, butuh biaya mahal untuk bisa menjangkaunya dan tak setiap saat bisa didatangi.

Menurut Yansen, desa-desa tersebut sebenarnya tetap bisa dijangkau lewat jalan darat atau menumpang ketinting mengikuti alur sungai. Namun, waktu yang dibutuhkan bila menggunakan kedua alternatif perjalanan tersebut bisa berhari-hari dan sama saja mahalnya.

Sejak 1 Desember 2014 hingga 11 Desember 2014, tiga awak Kompas.com—Fabian Kuwado, Fikria Hidayat dan Kristianto Purnomo—turut menjelajah ke sejumlah desa di Malinau. Beragam cerita pun terpampang di depan mata dan kami hadirkan dalam serial tulisan di Kompas.com. Salah satu cerita itu adalah daerah perbatasan yang terus "bersolek" sekalipun tersengal ini....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com