Aris selamat dari tabrakan maut setelah bocah ini melompat saat melihat kereta Kaligung Mas menuju ke arah odong-odong yang dinaikinya.
"Saya duduk di pinggir. Karena saya melihat kereta api mendekat, saya melompat ke luar bersama penumpang lainnya," kata Aris saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (20/3/2014).
Aris mengaku, saat melompat, ia tidak melihat sang adik, Arikah, dan neneknya, Sarmi. Tahu-tahu, ia diselamatkan oleh orang lain dan dibawa ke RSI untuk diperiksa. Karena tidak mengalami luka, Aris diperbolehkan pulang.
Namun, neneknya, Sarmi, masih dirawat karena mengalami patah tangan, sementara adiknya, Arikah, dirawat di ruang ICU hingga akhirnya meninggal dunia.
Nasib baik juga dialami oleh Darsi (49), warga Desa Tempel, Bumiayu, Weleri. Ia yang naik odong-odong bersama tiga cucunya, masing-masing Nurul (9), Wisnu (4), dan Adsil (1), langsung melompat turun saat melihat kereta api menuju kereta mini yang ditumpangi mereka.
"Setelah turun, saya yang menggendong Adisil langsung menarik keluar Wisnu dan Nurul. Namun, saat saya tarik, Nurul terjatuh dan mengalami luka robek di bagian punggung dan tangan," ujar Darsi.
Darsi menjelaskan, ia dan cucunya memang sudah terbiasa naik odong-odong berkeliling kampung untuk sekadar refreshing. Ongkosnya Rp 3.000 per satu keliling. "Cucu saya, Nurul, masih dirawat di RSI Weleri," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.