Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Kelud Pertaruhkan Nyawa demi Ternak

Kompas.com - 17/02/2014, 10:12 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Para pengungsi letusan Gunung Kelud, Jawa Timur, mengambil risiko terkena material vulkanik letusan Gunung Kelud. Setelah merasa letusan sudah reda, mereka pun meninggalkan pengungsian dan pulang ke desa.

Semua dilakukan demi memastikan ternak peliharaan masih ada dan dalam keadaan baik.

Basoni misalnya. Tanpa melepas helm dari kepalanya, dia mengecek empat ekor sapi miliknya di kandang sapi di Dusun Plumbang, Desa Pandan Sari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (16/2/2014) kemarin.

Di kandang yang terletak di belakang rumah orangtuanya, dia memberi makan dan minum bagi sapi-sapinya itu. Dia patut lega karena ternyata ternak yang menjadi sumber penghasilan bagi keluarganya itu dalam keadaan lengkap dan baik.

Sebelumnya, ayah dua anak itu memutuskan meninggalkan tempat pengungsian, di Desa Pucuk Timbul, Kecamatan Lowok Waru, sejenak. Hal itu dilakukannya tanpa sepengetahuan, apalagi izin dari penanggung jawab posko pengungsian.

"Kalau ngasih tahu ya pasti tidak diizinkan," katanya.

Begitu tahu semua ternaknya dalam keadaan baik, Basoni kembali ke pengungsian karena tak ingin mengambil risiko lebih besar.

Hal yang sama juga dilakukan Turyono. Dari rumah kerabatnya di Desa Tasik Madu, setiap pagi dia kembali ke rumahnya untuk mengecek lima ekor sapi perahnya.

Hal itu sudah dilakukannya selama tiga kali sejak Gunung Kelud meletus, Kamis (13/2/2014) lalu. Sebelum hari gelap, dia kembali mengungsi.

Tidak seperti Basoni, aktivitas Turyono untuk mengecek ternaknya lebih mudah karena ia tidak tinggal di posko pengungsian sehingga dia tidak perlu izin untuk mendekat ke daerah yang terdampak letusan Gunung Kelud itu.

Di desa tempat dia tinggal, Turyono menyempatkan mencari rumput untuk pakan ternak. Ia bersyukur karena meski dalam kondisi bencana, sapinya tetap dalam keadaan sehat.

Satu hal yang disesalinya, dia tidak dapat memerah susu sapi. "Tidak sempat. Takut pas lagi merah malah gunungnya meletus," kata dia.

Turyono menuturkan, ia terpaksa mengambil risiko mendekati kawah gunung demi tetap memastikan kehidupan keluarganya tetap berjalan.

Harapannya, aktivitas Gunung Kelud tidak kembali meningkat. Dengan begitu, ia bisa kembali pulang dan menjalankan kehidupannya dengan normal kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com