Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Korupsi yang Istimewa dari Riau

Kompas.com - 11/10/2013, 21:11 WIB

RIAU, KOMPAS.com — Mengenakan kemeja putih dipadu celana berwarna hitam dan memakai kacamata gelap, Gubernur Riau HM Rusli Zainal turun dari tangga pesawat Garuda Indonesia GA 176.

Pesawat Boeing yang ditumpangi Rusli beserta istri pertama Hj Septina Primawati Rusli, mendarat di Bandara Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Kamis (10/10/2013) sekitar pukul 15.55 WIB, setelah terbang dari Jakarta.

Di dalam pesawat pelat merah itu, Rusli duduk di dekat jendela di bangku bernomor 71 A, sedangkan Septina duduk tepat di belakangnya.

"Ibu Septina duduk persis dibelakang 'seat'-nya Pak gubernur," kata Sekretaris DPRD Riau, Zulkarnain Kadir, yang duduk satu pesawat dengan Rusli seusai mengikuti kegiatan anggota dewan di Jakarta.

Setelah turun dari tangga pesawat sambil menenteng tas jinjing berwarna hitam, dia pun langsung menuju sebuah mobil yang telah menanti dengan pengawalan ketat dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Masih di dalam area landasan pacu atau tempat pesawat parkir (apron), sudah ada tiga mobil menunggu kedatangan Gubernur Riau yang kemudian membawanya ke salah satu rumah tahanan.

Ini adalah kali pertama Rusli menginjakkan kaki di ibu kota provinsi yang dipimpinnya, setelah KPK menahan dirinya selama hampir empat bulan dan menjadi penghuni Rumah Tahanan Cipinang, Jakarta.

Gubernur Riau HM Rusli Zainal atau yang biasa disapa dengan RZ ditahan KPK setelah menjalani pemeriksaan selama lebih kurang tujuh jam pada Jumat (14/6/2013) lalu.

RZ resmi menjadi tahanan KPK sebagai tersangka korupsi dengan dugaan pemberi dan penerima suap pembahasan revisi peraturan daerah Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau 2012 yang menjerat 9 anggota DPRD Riau, satu kepala dinas, dan 2 orang dari pihak swasta.

"Tenang saja dan doakan saja. Mudah-mudahan semuanya cepat berjalan dengan baik, sabar, tawakal, dan lebih dari itu, semua cepat selesai," kata Rusli di gedung KPK sambil berlalu menuju mobil tahanan.

Sebelumnya, KPK telah menetapkan status tersangka pada Jumat (8/2/2013), yang belakangan disebut sebagai hari "keramat" bagi pelaku koruptor di Tanah Air. Padahal bagi Muslim, Jumat merupakan penghulu hari dalam sepekan.

Selain revisi perda PON, RZ juga ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan melakukan penyalahgunaan wewenang terkait penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Kabupaten Pelalawan tahun 2001 sampai 2006.

Dalam kasus ini, KPK lebih dulu menjerat lima orang koruptor yang terbukti bersalah di pengadilan. Dari lima orang, tiga di antaranya adalah mantan bupati di Riau seperti Tengku Azmun Jakfar, Arwin AS, dan Burhanuddin Husin.

Sedangkan dua orang lagi ialah mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau, yakni Asral Rahman dan Syuhada Tasman.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau menyatakan, penetapan status tersangka RZ oleh KPK menjadi pintu masuk dibukanya kembali Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) 14 perusahaan yang diduga melakukan kegiatan illegal logging.

"Ini menunjukkan bukti keseriusan KPK untuk mengungkap kasus korupsi bidang kehutanan, sekaligus membuka kembali 14 perusahaan perkayuan yang pada tahun 2008 di-SP3 oleh Polda Riau," ujar aktivis Walhi Riau, Hariansyah Usman.

RZ disambut meriah

Tokoh budayawan Riau, Tenas Effendy, sengaja menyambut kedatangan RZ di Rutan Kelas II B Pekanbaru dan sempat bertemu dengan orang nomor satu Riau tersebut di sebuah ruangan khusus.

"Saya sengaja datang ke sini ingin melihat kondisinya. Saya lihat dia bisa mengendalikan perasaannya, walau kita tidak tahu dalam hatinya. Tapi terlihat dari wajahnya dia terlihat tenang," katanya.

Padahal sebelumnya, para petinggi Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dan para pejabat di lingkungan Pemprov Riau telah bersiap menyambut kedatangan tersangka korupsi dengan memegang gelar Datuk Setia Amanah di VIP Lancang Kuning, Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.

Di antara petinggi LAM Riau itu adalah Tenas Effendy dan Al Azhar yang mengenakan baju Melayu. Pejabat yang hadir dimulai dari Sekdaprov Riau Zaini Ismail, kepala badan, hingga kepala biro.

Terlihat juga anggota Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI dan Polri (FKPPI), ibu-ibu yang diduga PNS di lingkungan Pemprov Riau, Satpol PP, serta aparat kepolisian dari Brimob Polda Riau dan Polres Pekanbaru.

Puluhan mobil dari bebagai merek terlihat berbaris di sekitar VIP Lancang Kuning, Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.

Bahkan ketika istri pertama gubernur Riau, Septina Primawati Rusli serta kuasa hukum RZ, Eva Nora SH, menaiki mobil dari VIP Lancang Kuning, telihat "tepung tawar" dilakukan ibu-ibu ketika mobil Septina mulai melaju.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Maksud hati hendak memeluk gunung, tapi apa daya tangan tak sampai.

Peribahasa itulah yang mungkin tepat dilayangkan karena orang yang ditunggu-tunggu tidak juga tiba di VIP Lancang Kuning. KPK justru membawanya melalui jalur khusus ketika tiba di bandara.

"Pejabat Pemprov Riau kami minta untuk tidak memberi perlakuan istimewa kepada Rusli Zainal, apalagi sampai 'mendewakannya'. Seperti melakukan upaya penyambutan saat tiba di Pekanbaru," ujar tokoh muda Riau, Eddy Akhmad RM.

Apabila perlakuan istimewa tetap diberlakukan, lanjut Eddy, yang juga seorang seniman di Riau, berarti telah mencederai hati masyarakat "Bumi Lancang Kuning".

Saat RZ ditahan KPK di Rumah Tahanan Cipinang, Jakarta, dan tidak membuat pengaruh pada kekuasaan karena keberadaan RZ begitu diagung-agungkan oleh seluruh pejabat lingkungan Pemprov Riau.

Sejumlah pejabat Riau berbondong-bondong ke penjara dengan berbagai macam keperluan seperti menjalankan roda pemerintahan Riau atau sekadar membesuk "sang atasan" agar dibilang loyal, meski berstatus tersangka koruptor.

"Karena selain dianggap sebagai 'Bapak Pembangunan Riau', Rusli Zainal juga dikenal sebagai gubernur terbaik di antara seluruh gubernur yang pernah memimpin Riau atau bumi Melayu selama ini," kata Eddy.

Ada kejanggalan

Setelah menyerahkan RZ sebagai tahanan titipan KPK di Polda Riau, Gubernur Riau langsung dibawa ke Rumah Tahanan Kelas II B Pekanbaru yang terletak di Jalan Sialang Bungkuk, Sail, Tenayan Raya.

Namun, ada yang aneh dari warna baju dikenakan. Mulai dari turun dari tangga pesawat sampai ke Rumah Tahanan Kelas II B Pekanbaru, baju yang dikenakan RZ berwarna putih alias baju pribadi.

RZ tidak mengenakan rompi oranye sebagai tanda tahanan KPK. Entah karena masih menjabat gubernur Riau yang berakhir 21 November 2013 atau karena hal lain sehingga perlakuan KPK itu terkesan diistimewakan.

Wartawan senior, Syahnan Rangkuti, mengaku kecewa dengan perlakuan KPK terhadap RZ, dan menilai lembaga itu telah berlaku diskriminatif dibanding tersangka lain dalam kasus yang sama.

"Tidak semestinya KPK mengistimewakan RZ, meski statusnya masih Gubernur Riau. Namun KPK tidak berurusan dengan kapasitasnya sebagai kepala daerah, melainkan sebagai tersangka korupsi," katanya.

Juru bicara KPK Johan Budi melalui telepon seluler ketika dikonfirmasi, langsung membantah telah memberikan perlakuan khusus kepada RZ.

"Di luar rumah tahanan KPK memang belum ada baju tahanan. Baju tahanan dikenakan begitu seseorang ditangkap atau ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Maka dia langsung mengenakan baju berwarna oranye menuju ke rumah tahanan," ujarnya.

Atau, ketika seorang tersangka korupsi menuju pengadilan dan ditahan di rumah tahanan KPK.

"Kalau yang di luar rumah tahanan KPK tidak mengenakan (baju), terserah yang ada di situ. Karena sifatnya KPK hanya menitipkan tahanan. Tolong dicek aja sama si Lukman Abbas ada atau tidaknya perlakuan khusus," katanya.

Itulah sedikit gambaran dari para pemimpin Riau dari mulai tingkat kepala dinas, kepala daerah, sampai gubenur Riau yang harus berakhir di jeruji besi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com