Namun, Ka menampik tuduhan bahwa ia menjual remaja itu untuk prostitusi. Sebaliknya, ia menuduh remaja itu yang awalnya meminta dicarikan pelanggan. Ia juga menyebut Ds, salah seorang remaja yang tertangkap, tak perawan lagi sehingga nekat menjual diri.
Tuduhan tidak perawan lagi itu membuat berang orangtua Ds. Mereka pun menginginkan uji keperawanan pada anaknya.
Ka hanya diminta wajib lapor karena tak cukup bukti untuk menahannya. Keenam remaja putri itu juga tak ditahan, tetapi dikeluarkan dari sekolah.
Menurut cerita Rasyid, usulan orangtua Ds itulah yang pertama kali memunculkan wacana uji keperawanan itu. ”Uji keperawanan itu hanya menyangkut enam siswi itu, bukan untuk seluruhnya,” katanya.
Kepala Polres Prabumulih Ajun Komisaris Besar Denny Yono Putro mengatakan, polisi tengah menyelidiki munculnya wacana uji keperawanan itu. Polisi juga masih menelusuri dugaan jaringan prostitusi pelajar dan remaja di Prabumulih.
Denny menambahkan, kasus enam remaja itu adalah dugaan prostitusi remaja yang pertama kali terbongkar di Prabumulih.
Pro dan kontra
Pendapat warga Prabumulih soal uji keperawanan, seperti di tingkat nasional, terbelah. Banyak yang tidak setuju karena jumlah pelajar dengan pergaulan yang dinilai menyalahi norma sangat sedikit. Namun, tak sedikit yang mendukung wacana itu karena pergaulan bebas remaja di Prabumulih telah menggelisahkan.
Apalagi, belum usai kasus dugaan prostitusi oleh enam siswi itu, Prabumulih kembali digemparkan foto yang terpampang di media massa yang memperlihatkan sepasang remaja berseragam putih abu-abu bermesraan di Lapangan Prabujaya di pusat kota. Hal itu membuat guru dan orangtua khawatir, sekaligus gemas, melihat perilaku remaja itu.
”Saya mendukung wacana itu agar anak-anak lebih menjaga diri,” kata Asmawati (58), warga Prabumulih yang cucu putrinya masih duduk di bangku SMA.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.