Menurut Sekretaris LPA Bali Titik Suharyati, tes keperawanan tidak menjamin etika dan moral siswa tersebut. "Bisa aja masih gadis tapi nakalnya luar biasa, itu bukan suatu tolok ukur," ujar Titik saat dihubungi Selasa (20/8/2013) siang tadi.
"Yang lebih penting mendidik sejak dini sebagai anak-anak yang beretika dan bermoral," kata Titik.
Titik menegaskan, pihak pendidik harus bijak dan lebih mementingkan penanaman moral dan etika daripada justifikasi keperawanan.
Titik mengatakan lebih lanjut, tes keperawanan terhadap siswa juga bisa menimbulkan dampak psikologis yang negatif pada korban perkosaan.
"Bali khususnya, banyak korban perkosaan dari anak yang tidak mampu. Kalau orang yang mampu kan bisa operasi tapi kalau yang tidak mereka akan trauma," ujar Titik.
Seperti diberitakan, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, tengah merencanakan tes keperawanan untuk siswi SMA sederajat. Dana tes tersebut akan diajukan untuk APBD 2014.