Salin Artikel

Cerita Salah Satu Korban Penggelapan Dana Koperasi Rp 15 M, Uang Dijemput dari Rumah ke Rumah

Salah seorang korban, Sugito (50) warga Nagari (desa) Pulau Mainan, Kecamatan Koto Salak, Dharmasraya, mengatakan memiliki tabungan Rp 113 juta di koperasi itu.

"Saya itu menjadi nasabah koperasi itu sejak 2020 dengan tabungan Rp 113 juta. Hingga kini uang tabungan saya itu tidak bisa diambil," kata Sugito yang dihubungi Kompas.com, Kamis (18/1/2024).

Sugito bercerita awal dirinya menabung di koperasi LPN karena percaya manager koperasi adalah putra asli Nagari Pulau Mainan dan masih ada hubungan keluarga dengan dirinya.

Koperasi itu, kata Sugito juga sudah lama beroperasi dan memiliki kantor di Nagari Pulau Mainan.

"Ya percaya. Managernya masih ada hubungan keluarga jauh. Ada kantor di Pulau Mainan," kata Sugito.

Awalnya, Sugito menabung dengan setoran awal Rp 15 juta dan diantar ke kantor koperasi LPN di Pulau Mainan.

Usai menyerahkan setoran awal, Sugito diberi bukti menabung berupa buku tabungan.

"Saya menabung itu hanya dimintai alamat, lalu setelah disetor uang diberi buku tabungan," kata Sugito.

Sugito tidak menjadi anggota koperasi dan hanya menjadi nasabah yang menabung uang.

Dia menyebutkan salah satu keuntungan menabung di koperasi LPN adalah petugas datang menjemput uang ke rumah.

"Petugas datang ke rumah tiap minggu. Ambil uang tabungan kita. Lalu dikasih kuitansi," kata Sugito.


Timbul kecurigaan

Menurut Sugito, kecurigaan mulai muncul sekitar April 2023. Saat itu, bunga dari tabungannya tidak lagi tertera di buku tabungan.

"Ketika ditanyakan, kata petugasnya belum masuk bunganya. Saya jadi heran," jelas Sugito.

Kecurigaan selanjutnya ketika diadakan gebyar nasabah dengan hadiah utama sepeda motor.

"Saya curiga, biasanya kupon undian itu kelipatan tabungan Rp 5 juta. Tapi saat itu tidak. Lalu, kemudian yang menang adalah penabung yang jumlah tabungannya sedikit," kata Sugito.

Sugito tambah curiga karena ada nasabah yang tidak bisa menarik uang tabungannya.

"Saya dengar ada nasabah yang kesulitan narik uangnya. Saya coba, ternyata benar. Saya dijanjikan dulu, tidak bisa menarik uang seketika itu," jelas Sugito.

Awalnya, kata Sugito, alasannya uang tersimpan dalam deposito. Dijanjikan tiga bulan baru bisa diambil.

"Nah, ketika sudah tiga bulan ternyata tidak bisa juga diambil. Nasabah lain juga banyak yang tidak bisa diambil sehingga akhirnya dilaporkan ke polisi," kata Sugito.

Hasil jualan

Menurut Sugito, uang yang disimpannya di Koperasi LPN itu merupakan hasil jualannya sebagai pedagang bakso.

Sugito menabung bertujuan untuk dana masa depan dan jika ada kebutuhan mendadak.

"Dulu saya pernah menarik uang di tabungan. Sebanyak Rp 5 juta. Saat itu masih aman. Sekarang uang yang saya tujukan untuk dana masa depan itu tidak bisa diambil lagi," kata Sugito.

Sugito berharap pengurus koperasi bisa mengembalikan uangnya dan nasabah lain.

"Orang menabung jelas untuk masa depan dan antisipasi kebutuhan mendadak. Kasihan banyak nasabah yang lemah, orang tua, dan tabungannya hanya Rp 1 juta. Sekarang tidak kembali," kata Sugito.


Diselidiki polisi

Sebelumnya diberitakan, Polda Sumbar sedang mengusut kasus dugaan penggelapan dana nasabah koperasi Lumbung Pitih Nagari di Dharmasraya.

"Saat ini kasus sedang diproses di Polda Sumbar. Sebelumnya ada di Polres Dharmasraya. Karena sudah menjadi atensi, kasusnya kita tarik ke Polda," kata Kapolda Sumbar Irjen Pol Suharyono kepada wartawan usai menerima audiensi Anggota DPR RI Andre Rosiade dan Deputi Koperasi Kementerian Koperasi dan UMKM, Ahmad Zabadi, Selasa (16/1/2024) di Mapolda Sumbar.

Kasus itu dilaporkan pada September 2023 dan satu bulan kemudian naik ke tingkat penyidikan.

"Sudah sidik. Belum ada tersangkanya karena kita masih kembangkan kasusnya," jelas Suharyono.

Menurut Suharyono, karena saat ini kasusnya masih dalam sidik dan belum ada tersangka, pihaknya belum merinci modus pelaku dalam melakukan kejahatan.

"Untuk sekarang masih dugaan investasi bodong ya. Kita masih sedang sidik dan menggalinya," tegas Suharyono.

Sementara anggota DPR RI Andre Rosiade mengatakan pihaknya mendapat keluhan dan aspirasi dari masyarakat saat berkunjung ke Dharmasraya beberapa waktu lalu.

"Saat berkunjung ke Dharmasraya minggu lalu saya bertemu warga yang menjadi korban koperasi itu. Mereka mengadu, ada tukang jamu, ada pedagang. Uangnya ada Rp 500.000, Rp 1 juta, ada Rp 5 juta. Uangnya bertahun-tahun terbenam," jelas Andre.

Menyikapi aspirasi itu, kata Andre, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Polda Sumbar dan Kementerian Koperasi dan UKM.

"Alhamdulillah, respons Kapolda dan menteri sangat bagus dan langsung tanggap," jelas Andre.

Deputi Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi, mengatakan menurunkan tim untuk melakukan investigasi.

"Kita turun ke Sumbar. Kita dukung langkah kepolisian mengusut tuntas kasus ini," kata Zabadi.

https://regional.kompas.com/read/2024/01/18/181249178/cerita-salah-satu-korban-penggelapan-dana-koperasi-rp-15-m-uang-dijemput

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke