Salin Artikel

Cerita Penderita Asma di Palembang, Kumat di Tengah Malam gara-gara Asap

PALEMBANG, KOMPAS.com- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di berbagai wilayah Sumatera Selatan membuat kabut asap menyelimuti kota Palembang saat malam hari.

Kondisi asap pekat biasanya berlangsung antara pukul 20.00 WIB hingga dini hari. Bahkan, bau asap kebakaran itu menyengat hingga masuk ke dalam rumah.

Fenny (29), salah satu warga Kecamatan Ilir Timur I Palembang mengaku, kondisi asap yang berlangsung pada malam hari membuatnya sulit bernapas. Terlebih lagi ia merupakan seorang penderita asma akut.

Hampir setiap malam ibu satu orang anak ini harus meminum obat asma karena penyakitnya itu selalu kambuh ketika dini hari akibat kabut asap.

“Karena asapnya masuk sampai ke dalam kamar, padahal kipas sampai AC sudah dihidupkan. Namun tetap saja baunya itu masih tercium,” kata Fenny, Selasa (12/9/2023).

Kondisi itu bukan hanya menyerang Fenny. Namun anaknya yang masih berumur delapan bulan juga sempat kesulitan tidur karena kabut asap.

Napas putri kecilnya tersebut terasa tersendat lendir karena kabut asap yang begitu menyengat. Sehingga, pada malam hari anaknya dipindahkan ke ruangan lain agar tidak tercium kabut asap.

“Karena kondisi kamar tidur di depan itu persis di pinggir jalan. Jadi saat kabut, asapnya langsung masuk kamar. Anak saya jadi dipindahkan ke kamar belakang. Di kamar belakang juga tercium bau asap, tapi tidak terlalu menyengat seperti di depan,” ujarnya.

Kondisi kabut asap karhutla juga dirasakan Alwi (33), seorang warga Palembang. Pada pukul 22.00 WIB, ia merasakan mata perih karena jalan sudah diselimuti kabut asap. Kondisi ini menurutnya makin menjadi sejak beberapa hari terakhir.

“Kalau keluar malam pakai motor, mata terasa sekali perih. Karena asapnya pekat saat malam, kalau pagi sampai sore mulai berkurang,” ujarnya.

Selama ini Alwi yang selalu beraktivitas di luar ruangan pun memakai masker. Hal itu ia lakukan untuk mengantisipasi pernapasannya terganggu.

“Kadang kalau pagi hari, sisa abu kebakaran itu terlihat sekali di lantai rumah,” paparnya.

Sementara itu, berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, pada pukul 09.00WIB, Selasa (12/9/2023) konsentrasi partikulat atau PM 2.5 di Palembang sempat mencapai 87.10Ugram hingga berada pada level tidak sehat.

Lalu pada pukul 10.00WIB sampai pukul 13.00WIB konsentrasi partikulat menurun menjadi 27.80 dan berada pada level sedang.

Sedangkan data dari KLHK melalui citra satelit mencatat, luas lahan yang terbakar di Sumatera Selatan dari kurun waktu Januari sampai Agustus 4.082,8 hektar. Lokasi yang paling banyak terbakar adalah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni mencapai 2.625,0 hektare dengan lahan gambut yang terbakar 985,9 hektare.

https://regional.kompas.com/read/2023/09/12/151643478/cerita-penderita-asma-di-palembang-kumat-di-tengah-malam-gara-gara-asap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke