Salin Artikel

Cerita dari Perbatasan Indonesia-Timor Leste: Begini Rasanya Berdiri di Dua Negara dalam Satu Waktu...

BELUM pernah saya membayangkan berada di dua negara dalam satu waktu yang sama. Namun, akhirnya ini bisa terjadi.

Saya, Zintan Prihatini, jurnalis Kompas.com melakukan liputan khusus bertajuk Merah Putih di Perbatasan, tepatnya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste berada di PLBN Motaain. Jembatan ini ada di sebelah utara gedung utama PLBN Motaain.

Batasan kedua negara ditandai dengan garis kuning yang dicat di atas sebuah jembatan. Di sisi utara garis adalah wilayah Timor Leste, sementara sisi selatan merupakan wilayah Indonesia.

Dalam liputan khusus ini, saya berkesempatan mengunjungi PLBN Montaain sebagai kolaborasi Kompas.com dengan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), pada Kamis (16/8/2023).

Teriknya sinar matahari menemani perjalanan saya dari penginapan yang berlokasi di Atambua, Belu, menuju PLBN Motaain. Jarak dari penginapan menuju PLBN Motaain sekitar 22 kilometer.

Sesampainya di sana, kaki saya langsung melangkah berkeliling kawasan seluas 8,3 hektare ini. Memasuki area dalam, tampak patung Garuda Pancasila dan bendera merah putih yang tertancap di sekitar PLBN.

Jembatan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste tepat berada di depan pagar gerbang berbahan besi stainless. Di bawah jembatan terdapat sungai berbatu, yang dialiri sedikit air.

Gerbang antara dua negara ini dijaga oleh TNI, polisi, petugas imigrasi dan bea cukai, serta petugas keamanan. 

Jembatan penghubung dua negara tersebut telah diaspal, dengan pegangan yang sebagian dicat merah putih. Ini menandai batas wilayah kenegaraan. Adapun sebagian pegangan jembatan yang mengarah ke Timor Leste dicat merah, kuning, dan hitam.

Di tengah jembatan tampak garis penanda berkelir kuning, yang menjadi perbatasan Indonesia dan Timor Leste.

Sebelum melintasi jembatan, Warga Negara Indonesia (WNI) maupun warga negara Timor Leste wajib menunjukkan paspor. Satu per satu mereka memperlihatkan paspor kepada petugas di gerbang perbatasan.

"Tunjukkan paspornya dulu," kata salah satu petugas imigrasi di lokasi.

Para warga pun hilir mudik dari dan menuju Timor Leste. Mereka membawa sejumlah barang dari mulai kardus dan plastik besar bermuatan hingga ransel. Selain pejalan kaki, PLBN Montaain juga dapat dilintasi kendaraan bermotor.

Lalu, saya pun berjalan lebih dekat ke area perbatasan. Petugas mengizinkan saya melintas sebentar meski tak memiliki paspor.

"Silakan, Mbak, melintas. Garis kuning itu penanda perbatasan wilayah Indonesia sama Timor Leste. Di ujung sana, ada tugu negara tetangga," ujar petugas itu kepada saya.

Setelah mendapatkan izin, saya berjalan di atas jembatan menuju garis perbatasan. Kelakar saya dalam hati, "Begini rasanya berada di dua negara dalam satu waktu yang sama." Kaki kanan berada di Indonesia, sedangkan kaki kiri di Timor Leste.

Tak jauh dari jembatan juga terlihat sejumlah warga yang duduk di pinggir jalan. Salah satu di antara mereka menghampiri saya.

"Kalau mau lihat tugu Timor Leste ke sana saja Kakak. Di sana bisa foto-foto," tutur warga yang mengaku bernama Antiarare.

Kepada Antiarare, saya mengaku tak memiliki paspor sehingga saya tidak bisa jauh dari kawasan PLBN Montaain.

Jembatan bakal direvitalisasi

Sebelumnya, John Wempi Wetipo menyampaikan bahwa jembatan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste bakal direvitalisasi lantaran grade-nya kini menurun.

Kendati demikian, perbaikan jembatan perbatasan dua negara itu terkendala persetujuan dari Timor Leste.

“Jembatan kemarin yang kita lihat itu kan dia berada di kedua wilayah. Jadi mau dikerjakan kita juga (harus) mendapatkan persetujuan dari negara tetangga sebelah,” ungkap John di PLBN Motaain, Rabu (17/8/2023).

Menurut dia, Pemerintah Indonesia siap mengerjakan perbaikan jembatan sekaligus menanggung biayanya. Namun, pengerjaan itu mandek karena belum adanya persetujuan dari Pemerintah Timor Leste.

"Jadi kita ingin revitalisasi, tetapi kendala yang dihadapi teman-teman di PLBN ini bahwa kita harus mendapatkan persetujuan dari negara tetangga. Makanya tidak bisa kita jalankan," tutur John.

Pada 2018, lanjut dia, Pemerintah Indonesia telah mengomunikasikan rencana revitalisasi jembatan penghubung dua negara itu. Namun, hingga kini persetujuan dari Pemerintah Timor Leste belum ada.

Ikuti terus catatan dan kisah perjalanan saya di PLBN Motaain, dalam liputan khusus Merah Putih di Perbatasan. 

https://regional.kompas.com/read/2023/08/19/165443278/cerita-dari-perbatasan-indonesia-timor-leste-begini-rasanya-berdiri-di-dua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke