Salin Artikel

5 Upacara Adat Sulawesi Selatan, Salah Satunya Rambu Solo

KOMPAS.com - Upacara Adat Sulawesi Selatan telah berlangsung secara turun-temurun hingga saat ini.

Pelaksaan upacara adat Sulawesi Selatan umumnya dilakukan setahun sekali.

Selain sebagai tradisi, makna  upacara adat Sulawesi Selatan juga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur maupun peninggalannya.

Upacara adat dilakukan di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan.

Berikut ini sejumlah upacara adat Sulawesi Selatan

Upacara Adat Sulawesi Selatan

1. Rambu Solo

Rambu Solo merupakan ritual pemakaman adat suku Toraja, Sulawesi Selatan. Upacara ini sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang telah meninggal.

Tujuan upacara adat Rambu Solo adalah mengantarkan orang yang telah meninggal ke alam roh.

Masyarakat suku Toraja beranggapan orang yang telah meninggal benar-benar sudah meninggal jika prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi.

Prosesi Rambu Solo dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Prosesi pemakanan atau Rante.
  • pertunjukkan kesenian.

Kedua prosesi tersebut berlangsung secara harmoni dalam satu kegiatan pemakaman. Lama prosesi pemakaman dilakukan selama tiga sampai tujuh hari.

Puncak Rambu Solo biasannya dilakukan pada Juli dan Agustus.

Prosesi pemakaman atau rante dilakukan di lapangan yang berada di tengah rumah atau Tongkanan, yang terdiri dari:

  • Ma'tudan Mebalun, yakni proses saat jenazah dibungkus menggunakan kain kafan.
  • Ma'Rato, proses menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas atau benang perak.
  • Ma'Papengkalo Alang, yakni proses penurunan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayamkan.
  • Ma'Palao atau Ma'Pasonglo, berupa proses pengantaran jenazah dari rumah adat Tongkanan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian. Masyarakat Toraja berprinsip bahwa semakin tinggi jenazah diletakkan semakin cepat menuju nirwana.

2. Rambu Tuka'

Rambu Tuka' atau rampe mata allo adalah upacara suka cita atau syukuran.

Upacara adat ini dilakukan sebagai perayaan, seperti syukuran rumah, hasil panen yang baik, dan rasa kegembiraan yang lain.

Masyarakat setempat menyakini bahwa Rambu Tuka' telah berkembang sejak zaman purbakala bahkan saat kedatangan manusia pertama di bumi.

Hal ini karena, ada bagian integral dengan sistem kepercayaan masyarakat Toraja kuno yang disebut Aluk Todolo.

Prosesi upacara Rambu Tuka' dilakukan di sebelah timur rumah adat Tongkonan sebelum tengah hari.

Saat pelaksanaan upacara adat, ada sejumlah persembahan yang diberikan masyarakat kepada leluhur.

Ma'nene adalah upacara adat yang dilakukan oleh suku Toraja.

Upacara adat Ma'nene adalah mengeluarkan mayat yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun dari liang kubur untuk dibersihkan dan diganti pakaiannya.

Proses Ma'nene diawali dengan doa oleh keluarga, mengambil jasad leluhur dari liang kubur, dibersihkan menggunakan air, kemudian jazad di masukkan ke dalam peti tapi peti belun diturunkan ke liang lahat.

Prosesi selanjutnya dilakukan pemotongan hewan, ibadat, makan bersama, dan peti diturunkan ke liang lahat serta tidak boleh dibuka kembali.

Upacara Ma'nene biasanya dilakukan pada bulan Agustus.

Makna upacara Ma'nene adalah menghormati para leluhur yang telah meninggal.

4. Accera Kalompoang

Upacara adat Accera Kalompoang adalah untuk membersihkan benda-benda pusaka Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa.

Upacara adat Accera Kalompoang dilakukan pada 10 Dzulhijjah, yakni setiap selesai shalat Idul Adha.

Tujuan upacara adat tersebut adalah sebagai persembahan untuk Kerajaan Gowa dan dilakukan selama dua hari berturut-turut.

Prosesi Accera Kalompoang ditandai dengan penyembelihan hewan dan pemanggilan leluhur.

Pada hari kedua, upacara adat dilakukan dengan mengambil air dari sumur di Katanga, Gowa. Air diarak oleh masyarakat sekitar yang menggunakan pakaian adat.

5. Maccera Tasi

Upacara Maccera Tasi adalah bentuk syukur atas hasil laut yang diperoleh para nelayan di masyarakat Luwu.

Upacara adat tersebut juga sebagai wujud kegembiraan atas hasil laut yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Fungsi upacara adat Maccera Tasi adalah mengembalikan dan menguatkan semangat para nelayan saat kembali ke laut.

Prosesi Maccera Tasi dimulai pada pagi hari saat matahari terbit. Iring-iringan perahu menuju menara upacara yang telah didirikan di permukaan laut, yang di antaranya berisi sesaji.

Tahap terakhir upacara adat Meccera Tasi melepas seekor ikan dalam keadaan hidup yang sebelumnya diberi makanan secuil emas murni.

Makanan tersebut sebagai "penghormatan" kepada biota laut dan lingkungannya.

Acara diakhiri dengan pembacaan doa oleh pemuka agama.

Makna Maccera Tasia dalah persatuan dan melestarikan lingkungan.

Makna persatuan diwujudkan pertukaran makanan antara para nelayan. Nilai pelestarian lingkungan diwujudkan dengan tidak melaut selama tiga bulan.

Sumber:

warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bobo.grid.id, dan warisanbudaya.kemdikbud.go.id

https://regional.kompas.com/read/2023/05/15/235254078/5-upacara-adat-sulawesi-selatan-salah-satunya-rambu-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke