Salin Artikel

Danau Tolire Ternate dan Legenda Buaya Putih

Danau tersebut berada di Desa Takome, Kecamatan Pulau Ternate, Ternate, Maluku Utara.

Untuk menuju ke Danua Tolire, pengunjung bisa mengendarai kendaraan pribadi dan menempuh jarak sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Ternate.

Ada dua danau di kawasan Desa Takome yakni Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil yang berada di tepi jalan.

Harga tiket masuk Danau Tolire Besar pun cukup terjangkau. Pada September 2022, dua pengunjung dengan satu motor hanya cukup membayar Rp 7.000.

Setelah memarkirkan kendaraan, pengunjung cukup berjalan beberapa meter untuk mencapai lembah Danau Tolire Besar.

Legenda buaya putih di Danau Tolire

Legenda buaya putih menjadi bagian tak terpisahkan dari Danau Tolire. Dikisahkan danau berwarna kehijauan tersebut adalah tempat tinggal buaya putih dengan ikatan merah di lehernya.

Konon, buaya putih itu akan muncul dari sebelah barat setelah sang pawang memberikan sesajen berpa telur dai ikan.

Cerita tutur masyarakat Maluku Utara menyebut tolere gam saha yang berarti Tolire kampung yang tenggelam karena kutukan Dewa.

Dikutip dari kemdikbud.go.id, dikisahkan pada masa lalu terdapat sebuah kampung yang aman dan sentosa di wilayah Kesultanan Ternate.

Masyarakatnya sangat menghormati para leluhurnya. Mereka juga kerap memberikan sesajen sebagai tanda terimakasih kepada Para Dewa yang telah melindungi mereka dari marabahaya.

Sesajen diberikan saat upacara dan saat itu warga menggunakan pakaian warna warni sambil membunyikan gong tifa. Para penari pun menari mengikuti irama musik.

Tuak dan arak pun tak ketinggalan hingga banyak masyarakat tak sadarkan diri. Padahal Sang Kepala Kampung sudah memperingatkan selama upacara berlangsung tak boleh ada pelanggaran yang membuat Dewa murka.

Ternyata terjadi sebuah malapetaka. Sang kepala kampung juga meminum tuak dan menari bersama masyarakat. Dipengaruhi minuman keras, Sang Kepala Kampung memperkosa anak gadinya.

Keesokan harinya, seorang ibu terbangun jelang shubuh hendak menyusi anaknya dan mendegar kokok ayam, “tolire gam jaha, tolire gam jaha, tolire gam jaha …” yang artinya Tolire dilanda bencana, Tolire akan tenggelam...

Namun di saat bersamaan terdengar gemuruh air dan benturan-benturan keras. Seketika ia sadar bahwa kampung Tolire akan tenggelam. Kelak kawasan deesa itu menjadi Danau Tolire Besar.

Sementara itu anak gadis yang telah diperkosa sang ayah berusaha lari ke pantai untuk menyelamatkan diri dengan menaiki sampan.

Belum sempat menaiki sampan, tanah di sekitarnya retak dan tergenang air. Kelak kawasan itu dikenal dengan danau Tolire Kecil.

Jarak antara Danau Tolire Besar dan Danau Tolire kecil hanya sekitar 250 meter. Dipercaya gadis tersebut terkubur di dasar Danau Tolire Kecil yang berada di sebelah selatan dengan kedalaman mencapai 6-7 meter.

Sementara sang ayah yang telah memperkosa anaknya menjelma menjadi buaya putih yang menghuni Danau Tolire besar.

Cerita tutur juga menyebut banyak harta karun tersimpan di dasar Danau Tolire Besar. Harta karun itu adalah milik masyarakat Kesultanan Ternate saat Portugis menjajah Ternate abad ke-15.

Masyarakat memilih membuang hartanya ke danau agar tak dirampas tentara Portugis.

Konon jika seseorang melempar batu ke arah Danau Tolire Besar, maka batu itu tak akan pernah menyentuh permukaan danau. Namun saat ini aktivitas melempar batu ke danau sudah dilarang.

"Legenda terbentuknya Danau Tolire biarlah menjadi cerita rakyat yang diceritakan turun temurun ke anak cucu. Secara akademis, danau tersebut terbentuk akibat aktivitas letusan Gunung Gamalama yang terjadi pada tahun 1775".

Namun dari data Pusat Lembaga Penilitan Indonesia (LIPI) disebutkan Danau Tolire terbentuk sejak tahun 1775 atau 247 tahun lalu.

Berdasarkan data fasies gunung api Gamalama (Bronto,1982 ), penelitian yang dilakukan oleh LIPI, terbentuknya Danau Tolire tercatat sebagai peristiwa Maar 1775, tepatnya pada 5-7 September 1775 pada lokasi di sekitar Desa Soela Takomi.

Desa tersebut radius 1,5 km di sebelah barat-daya Desa Tokome, Kecamatan Ternate Barat Kota Ternate.

Erupsi didahului oleh beberapa kali gempa besar, kemudian terjadi letusan uap (freatik) hingga beberapa jam sebelum fajar. Disertai dengan suara gemuruh dan sinar terang hingga pagi hari tanggal 7 September 1775.

Proses erupsi freato-magmatik ini, menyisakan sebuah kawah besar dan melenyapkan (amblesnya) Desa Soela Takomi, yang berada di atasnya bersama penduduknya.

Kawah-kawah maar ini kemudian terisi air, dan saat ini disebut sebagai Danau Tolire Jaha (Besar) dan Tolire Kecil.

Pada tahun 2022, LIPI melakukan pengukuran di Danau Tolire Besar.

Luas daerah tangkapan air (DTA) danau adalah 244,2 Ha dengan tanah ber-ordo inceptisols dan ultisols, dengan iklim termasuk tipe iklim B (Basah).

Kedalaman maksimum danau 43,1 meter, diameter 600 meter, luas badan air 26,5 Ha, kecerahan danau hanya 4 meter, salinitas, DO serta profil pH dan ORP mempunyai pola yang hampir sama.

Hal tersebut mengindikasikan kedalaman antara 8 dan 9 meter adalah lapisan chemocline atau oxycline.

Lapisan permukaan cenderung bersifat oksidatif dan lapisan dasar reduktif serta tidak dijumpai adanya stratifikasi lapisan danau oleh perbedaan suhu, dengan suhu permukaan 30°C.

Daya dukung danau terhadap biota ikan sangat rendah, karena faktor tingginya kandungan sulfida dan lingkungan yang terisolir.

Sementara itu Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, Abdul Kadir D Arif menjelaskan Maar Tolire atau dikenal dengan Danau Tolire, merupakan letusan yang berada di samping Gunung Gamalama.

Cara kerjanya, magma dalam tanah naik untuk menjadi letusan. Namun saat proses naik dan belum sampai pada puncaknya bertemu dengan air tanah sehingga terjadi perubahan siklus energi.

Kebetulan berada pada lereng yang mengalami konteks eksistensi paling lemah, seperti material mudah lepas, retak-retak dan itu biasanya ada di flange gunung.

"Karena naik dengan suhu yang tinggi ketemu air jadi, The subsidence atau ambruk, maka terbentuklah Maar Tolire tersebut, ujarnya.

Sementara dinding yang tersisa adalah batuan yang paling kuat, dan yang jatuh ke dalam batuan yang paling lemah.

"Untuk bebatuan yang ada di tebing dari Danau Tolire tersebut, merupakan batuan andesit dari hasil letusan Gunung Gamalama, "bebernya.

"Karena letusan terjadi pada 1775 maka usia Tolire, saat ini sudah mencapai 247 tahun. Saya sangat berharap pada masyarakat Kelurahan Takome di 2025 itu ada satu acara besar namanya Mark Tolire, artinya secara edukasi nilainya sangat tinggi, "ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/10/01/060600378/danau-tolire-ternate-dan-legenda-buaya-putih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke