Salin Artikel

Mengikuti Perarakan Kirab Merti Desa di Wonosido Purworejo, Tradisi yang Sempat Mati Suri Kini Dihidupkan Lagi

PURWOREJO, KOMPAS.com - Alunan musik sayup-sayup terdengar dari Balai Desa Wonosido, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Tanda kegiatan tiga tahunan masyarakat setempat sudah dimulai.

Nampak raut kebahagian ratusan warga desa saat sedang khidmat mengikuti rangkaian upacara adat merti desa yang dihelat pasca pandemi. Ya, terakhir kegiatan ini digelar pada tahun 2017 yang lalu, dan seharusnya digelar setiap 3 tahun sekali.

Namun pada 2020, tradisi yang melambangkan wujud syukur warga ini tak dapat dilaksanakan akibat pandemi Covid-19.

Tak terucap namun bisa dilihat. Rasa senang warga begitu kentara karena bisa menggelar tradisi leluhur mereka lagi.

"Tradisi sedekah bumi (merti desa) ini terakhir diadakan pada tahun 2017 yang biasanya dilakukan 3-4 tahun sekali. Dikarenakan tahun lalu ada Covid-19, jadi tradisi ini dilakukan lagi setelah 5 tahun berlalu," kata Sutopo, Kepala Desa Wonosido usai acara.

Saking senangnya, pihak panitia pun tak akan mengecewakan warga yang datang. Panitia Merti Desa menyiapkan ratusan ingkung ayam.

Sedikitnya ada 300 ingkung ayam kampung bakar yang disiapkan untuk tamu undangan dan masyarakat umum.

Ratusan ayam bakar itu disusun dalam ancak atau tumpeng besar yang khusus untuk menaruh hasil bumi dari masyarakat.

Merti desa merupakan upacara sedekah bumi sebagai perwujudan syukur masyarakat atas berkah dan rezeki yang diterima. Sebelum dibagikan, panitia desa melaksanakan tradisi sedekah bumi dengan tarian gambyong dan tayub dan pertunjukan lainnya.

Dalam setiap ritual tradisi selalu terselip doa yang dipanjatkan kepada Tuhan agar masyarakat selalu mendapat keberkahan dan rezeki melimpah.

"Sadranan sedekah bumi yang diselenggarakan di Desa Wonosido juga diikuti oleh 6 desa yakni Desa Pamriyan, Kemranggen, Karanggedang, Gunungcondong, Purbayan dan Desa Gunungteges," kata Sutopo pada Jumat (8/7/2022).

Ketika kirab tumpeng diarak menuju kantor desa, anak-anak kegirangan menyambutnya. Dengan antusias, para orangtua ikut menjaga anak-anak di samping perarakan kirab.

Kegiatan yang dipusatkan di Balai desa Wonosido tersebut turut dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Purworejo Dion Agasi Setiabudi, Kepala Dinas Pariwisata Stephanus Aan dan Forkopimcam Pituruh.

Sementara itu Kabid Kebudayaan Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih mengapresiasi kegiatan yang digelar di Wonosido ini.

Dia menyebut kegiatan inisudah lebih tertata dari pada 5 tahun yang lalu.

"Grebeg ingkungnya sudah mengangkat Kuliner lokal, saya berharap kegiatan ini dapat menjadi destinasi wisata baru di Purworejo," katanya

Endah Hanna Rosanti, Kabid Pemasaran, Sumber Daya Pariwisata & Ekonomi Kreatif menjelaskan acara seni budaya seperti sedekah bumi di desa Wonosido ini merupakan daya tarik unggulan dari Desa wonosido.

Desa wonosido diharapkan dapat merangkai acara semacam ini ke dalam paket-paket pariwisata produk dari desa wisata Wonosido.

"Paket tersebut bisa dirangkaikan dengan potensi daya tarik yg sudah ada di wonosido seperti curug siliala, aktivitas keseharian masyarakat dalam bercocok tanam kopi, cengkeh, pala dll," katanya.

Ia menyebut Perlu disadari bahwa area pegunungan seperti wonosido, pola pengembang destinasi wisata nya dapat diarahkan ke wisata minat khusus sesuai dengan karakteristik wilayah.

Desa wonosido harus mulai mempersiapkan diri untuk melayani wisatawan yg nantinya tertarik membeli paket wisata di wonosido.

"Dengan menyiapkan amenitas pendukung seperti homestay, kuliner, toilet umum serta sarana transportasi lokal selain menyiapkan SDM pariwisata di desa wonosido," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/09/143121578/mengikuti-perarakan-kirab-merti-desa-di-wonosido-purworejo-tradisi-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke