Salin Artikel

Dikenal sebagai Obat Kanker, Kayu Akar Bajakah Raih Prestasi Dunia

Anjellita, siswi kelas XI sekolah menengah atas (SMA) di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, berhasil membawa kayu akar bajakah meraih medali emas tingkat dunia pada International British Innovation, Invention, Technology Exhibition (IBIX) Award 2020.

Anjellita dan kayu akar bajakah menang dalam ajang yang digelar pada Desember 2020, dalam kategori industri.

Berawal dari Korea Selatan

Sebelumnya, akar bajakah asal Kalimantan Tengah ini pernah meraih prestasi tingkat internasional dalam World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan pada Juli 2019.

Setelah itu, akar kayu bajakah sempat diburu banyak orang untuk dijual.

Kayu bajakah menjadi pembahasan penting dalam dunia kesehatan, karena disebut sebagai obat kanker.

Penelitian para siswa di Kota Palangkaraya menyebut bahwa kayu bajakah bisa sebagai obat kanker payudara.

Banyak penderita kanker payudara yang sudah merasakan manfaat setelah mengonsumsi akar bajakah.

Hal itu yang membuat Anjellita terus mendalami Kayu Akar Bajakah tersebut.

Bersama dengan Helita yang merupakan guru pembimbing karya ilmiah di sekolahnya, Anjellita sepakat untuk mencoba mendaftarkan kayu akar bajakah dalam ajang bergengsi IBIX Award 2020 yang akan dilaksanakan di London, Inggris.

“Saya tertarik meneruskan penelitian kayu akar bajakah, karena sudah banyak yang merasakan manfaat baiknya," kata Anjellita kepada Kompas.com, sambil menunjukkan piagam dan medali emas yang berhasil diraihnya, Minggu (28/3/2021).

Raih medali emas

Lomba IBIX tersebut sedianya dilaksanakan pada Mei 2020. Namun, tertunda karena pandemi virus corona yang melanda dunia.

Pada November 2020, pihak penyelenggara meminta agar akar bajakah yang diklaim sebagai obat kanker payudara, dikirim dalam bentuk bahan jadi yang sudah dikemas.

Anjellita juga diminta menuliskan karya ilmiah dan yang diperlukan lainnya.

Perlombaan ini akhirnya tetap digelar secara virtual, tanpa kehadiran para peserta.

“Acaranya sempat ditunda karena kondisi pandemi. Tapi kemudian kami dapat informasi bahwa acara akan tetap dilaksanakan, walau secara virtual. Tapi kami tidak bisa menyaksikan, karena perbedaan waktu antara Palangkaraya di Indonesia dengan London," kata Anjellita.


Anjellita mengaku sangat bahagia saat menerima hasil pengumuman melalui e-mail.

Penyelenggara IBIX menyatakan Anjellita mendapatkan medali emas untuk inovasi pengobatan dan kesehatan masyarakat.

Kali ini, Anjellita dengan akar bajakahnya tidak lagi bersaing di tingkat pelajar, namun bersaing dalam kategori industri yang diikuti oleh 50 negara lainnya.

IBIX kembali memberikan tawaran kepada Anjellita untuk melanjutkan kejuaraan tahap selanjutnya, yaitu tahap Special Award.

Namun, karena menyadari biaya yang dibutuhkan besar, Anjellita dan tim akhirnya menyatakan mundur dan cukup meraih medali emas dalam kategori industri.

“Saya sempat ditawarkan oleh pihak penyelenggara untuk ikut dalam ajang Spesial Award. Tapi karena harus ada tambahan anggaran, sementara saya sudah tidak memiliki anggaran lagi, akhirnya memilih untuk tidak ikut dalam ajang Spesial Award," kata dia.

Meski demikian, Anjellita tetap berkeinginan untuk terus melanjutkan penelitian akar bajakah.

Ia berharap kayu bajakah bisa diproduksi untuk kepentingan kesehatan orang banyak, khususnya bagi penderita kanker payudara.

Penelitian kayu bajakah juga sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa banyak varian atau jenis akar bajakah yang tidak semua bisa dikonsumsi sebagai obat.

Bahkan, menurut Anjellita, ada varian atau jenis dari akar bajakah yang justru beracun.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/28/200335878/dikenal-sebagai-obat-kanker-kayu-akar-bajakah-raih-prestasi-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke