Salin Artikel

Kisah Aisyah Racik Minuman Sehat "Ramuan Ibu", Mampu Buka Lapangan Kerja Saat Pandemi hingga Bantu Petani Karet

Namun, langkah kecil dari keluarga petani karet di Jambi ini mampu mengubah orang untuk peduli hidup sehat di tengah pandemi. Tak hanya itu, mereka juga membuka lapangan kerja baru di tengah gelombang PHK akibat pandemi.  

Langkah kecil keluarga petani karet ini dimulai dari Aisyah Hambali. Sebagai peneliti kimia organik dan tanaman obat, ia awalnya terpanggil untuk berbuat lebih baik bagi orang banyak di pasa pandemi. 

"Saya prihatin. Semua orang berpotensi terpapar virus. Tapi belum banyak yang sadar, pentingnya menjaga imunitas tubuh," kata Aisyah Hambali melalui pesan WhatsApp ke Kompas.com, Kamis (22/10/2020).

Menurut dia, semua orang bisa saja terpapar virus. Namun kemudian ada yang positif Covid-19 ada yang tidak, lantaran bergantung dari bagaimana kekebalan atau imunitas tubuhnya, untuk melawan virus yang masuk. 

Imun sangat penting untuk melawan Covid-19

Dia kemudian mengkampanyekan jika di masa pandemi ini, yang dibutuhkan adalah nutrisi yang baik dan sistem imun yang kuat, bukannya obat. 

Perempuan 23 tahun ini kemudian meracik 19 ramuan sehat dari bahan baku tanaman obat untuk menjaga imun di tengah pandemi.

Resep racikan didapatkan dari berbagai sumber, termasuk dari hasil penelitian UGM, ITB hingga dari resep jurus sehat Rosulullah (JSR).

Agar orang mau mendengar kampanyenya, mahasiswa pascasarjana jurusan Sains Islam itu kemudian turun ke masyarakat.

Ia berinisiatif membuka forum-forum diskusi kesehatan hingga melatih industri kecil menengah (IKM) untuk memproduksi dan memasarkan ramuannya. Ia juga terus bekerja di laboratorium untuk memperkuat temuannya tersebut. 

Permintaan terus meningkat. Dia pun mengumpulkan kaum ibu rumah tangga yang kesulitan ekonomi, karena suaminya ada yang kena PHK, atau yang sudah tak memiliki suami. 

Karena itu, racikan pertama yang diproduksi dinamakan "Ramuan Ibu", yakni racikan penguat imun dengan bahan baku kunyit, lengkuas, jeruk nipis dan kayu secang.

Ramuan ini berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi radang lambung, sendi dan pegal linu. Ramuan Ibu ini juga kaya antioksidan serta mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas.

Pemasaran perdana, produk diberikan gratis

Sebagai permulaan, Racikan Ibu diberikan gratis kepada tenaga medis dan dokter-dokter di rumah sakit. Kemudian kepada pihak kepolisian yang bertugas menjaga perbatasan Jambi. Ini dilakukannya sejak awal Maret 2020. 

Lama-lama banyak orang tidak tega, sebab meracik Ramuan Ibu juga butuh biaya. Makanya banyak yang menolak diberi secara cuma-cuma.

Selanjutnya Aisyah pun banjir pesanan. Pesanan yang datang tidak hanya dari Jambi, melainkan juga dari Pulau Jawa, Aceh dan Sumatera Barat. Brimob Polda Jambi pun jadi langganannya. 

"Saya tidak menyangka, banyak orang tertarik mengkonsumsi Ramuan Ibu. Orderan banyak, sekarang 200 pcs setiap hari," kata perempuan yang tergabung dalam International Islamic Medicine Forum ini. 

Jadi CV, kerja sama dengan banyak IKM

Dengan banyaknya pesanan, Aisyah pun serius menggeluti bisnis Ramuan Ibu. Ia pun mengembangkan sebanyak 19 jenis ramuan, semuanya telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Jambi.

Sementara untuk memastikan kualitas ramuan, Aisyah rutin berkonsultasi dengan Meity Elvina, seorang Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi serta praktisi dan peneliti Islam Medicine.

Saking seriusnya, Aisyah menjadikan Ramuan Ibu berada dalam naungan perusahaan, yakni CV Rumah Nutrisi Gen Qu.

Dia pun bekerja sama dan mendampingi 20 IKM di Kabupaten Tanjab Barat dan 20 IKM di Kota Jambi, untuk memenuhi permintaan dari seluruh kabupaten/kota di Jambi.

"Susah Pak. Karet tidak ada harganya. Banyak petani karet kesulitan di masa corona ini," kata Hambali melalui sambungan telepon ke Kompas.com. 

Namun dengan majunya racikan Ramuan Ibu buatan putrinya, Hambali pun menanam tanaman obat seperti kunyit, lengkuas, jeruk nipis, kumis kucing, rimpang, bidara dan lainnya di pekarangan rumah seluas 10 tumbuk.

Hasil panennya lumayan, dijual ke Ramuan Ibu, untuk memasok bahan baku. Sebab permintaan bahan baku juga tinggi lantaran ada tanaman obat yang tidak bisa panen setiap bulan.

Sukses mengalihkan pendapatan dari karet ke tanaman obat, Hambali pun mengajak petani karet lainnya untuk juga menanam tanaman obat. 

"Setelah ada hasil. Dari penjualan tanaman obat, petani karet lain kini banyak yang menanam, meskipun dalam skala kecil-kecilan," kata Hambali.

Buka Kafe Menjamu

Aisyah dibantu adiknya, Faridah mendirikan "Kafe Menjamu" usai Ramadhan 2020. Sehingga bagi yang ingin menikmati aneka racikan minuman obat, tak hanya bisa diorder lewat daring tetapi juga bisa minum di tempat. 

Kafe ini berdiri di bilangan Jalan Sumatera, Jelutung, Kota Jambi. Kafe ini dibuka dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

"Alhamdulillah. Rata-rata konsumen menyukai. Mereka merasa tubuhnya sehat dan kuat," kata Farida, yang juga bertugas selaku pegawai Kafe Menjamu.

Farida mengatakan, bahan baku minuman di kafenya diambil dari petani sekitar, dan yang bertugas mengontrol kualitas bahan baku adalah ayahnya.

"Produksi tiap hari (di kafe) tergantung jumlah pesanan.  Setiap bulan, kita sudah produksi 1.000 pcs, omsetnya tembus Rp 6,5 juta," tambah Farida, mahasiswi UIN Sultan Thaha Saefuddin Jambi ini. 

https://regional.kompas.com/read/2020/10/23/07482991/kisah-aisyah-racik-minuman-sehat-ramuan-ibu-mampu-buka-lapangan-kerja-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke