Salin Artikel

Kisah Perjuangan Riyan Nugroho, Berprofesi Driver Ojol hingga Jadi Dosen UGM

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tekat yang kuat dan semangat pantang menyerah menjadikan Riyan Nugroho Aji menjadi dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Apa yang diraih Riyan saat ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Lika-liku kehidupan, harus ia hadapi bersama istrinya.

Perjalanan hingga menjadi Dosen di UGM berawal pada tahun 2007.

Riyan saat itu bersama istrinya yang tengah hamil mengunjungi ruang dosen di Fakultas Peternakan UGM.

Kedatanganya saat itu untuk bersilaturahmi sekaligus mengenalkan istrinya kepada para dosen yang telah membimbingnya semasa menempuh S2 Fakultas Peternakan UGM.

Sewaktu bertemu dengan dosen pembimbing tesisnya, Riyan diberitahu ada rekrutmen terbuka untuk posisi dosen di Fakultas Peternakan UGM.

Riyan tidak lantas langsung menerima tawaran tersebut karena mempertimbangkan beberapa hal.

Selain itu, Riyan juga telah mendaftar untuk posisi dosen di salah satu universitas swasta di luar Jawa.

"Saya datang ke Jogja kala itu tidak ada niatan untuk mendaftar," ujar Riyan Nugroho Aji dalam keterangan Humas UGM, Senin (19/10/2020).

Meski demikian, Riyan lantas berdiskusi dengan sang istri tentang tawaran tersebut.

Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk menerima tawaran itu.

"Namun, karena persyaratannya kurang lebih serupa dan didukung oleh dosen akhirnya saya menerima tawaran tersebut, walau tidak berharap banyak kala itu," urainya.

Riyan bersama istrinya lantas pulang ke Jember, rumah orangtua Riyan.

Tidak lama berselang, Riyan mendapat pengumuman dari kedua kampus tadi bahwa ia lolos tes berikutnya.

Pada momen tersebut, Riyan kembali bimbang.

Pasalnya, selama proses seleksi tahap berikutnya, dirinya harus mencari tempat tinggal serta pekerjaan.

Pria asal Jember, Jawa Timur ini akhirnya memutuskan ke Yogyakarta untuk melanjutkan proses seleksi dosen di UGM.

Ia bersama istri yang sedang mengandung, kemudian berangkat ke Yogyakarta.

"Saya ingat betul waktu itu tabungan kami hanya tersisa Rp 2,5 juta. Sementara saya belum tahu berapa lama proses seleksi akan berlangsung. Itupun seandainya saya diterima," tuturnya.

Sesampainya di Yogyakarta, Riyan lantas mencari tempat tinggal.

Ia pun mencari kos yang harganya terjangkau.

"Kos pasutri terbilang mahal, baik perbulan atau pertahunnya. Modal kami tidak mencukupi. Namun, akhirnya ketemu yang murah walaupun sangat sederhana di Soropadan, belakang Hartono Mall," ungkapnya.

Tak berhenti disitu, Riyan harus memiliki penghasilan untuk bisa bertahan hidup di Yogyakarta sampai proses seleksi selesai.

Riyan bersama istri bahkan harus berhemat untuk bisa hidup sebelum mendapatkan pekerjaan.

"Sebelum menemukan pekerjaan sementara kami waktu itu harus benar-benar berhemat. Lauk yang kami santap hanya seputar telur, tempe dan gorengan saja, pernah suatu ketika istri benar-benar mengidam lauk ikan lele, akhirnya saya belikan satu untuk berdua," ungkapnya.

Riyan mendengar informasi ada lowongan untuk menjadi driver ojek online.

Setiap hari, sehabis subuh Riyan mulai bekeliling untuk mencari penumpang.

Sekitar pukul 09.00 WIB, pria asal Jember ini bekerja membantu di Lab Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM.

"Sepulang dari lab ngojek lagi sampai pukul 8 malam, baru kemudian pulang,” terangnya.

Sang istri pun tak lantas berdiam diri.

Istri Riyan turut membantu untuk menambah penghasilan dengan berjualan nasi kuning.

"Dari semua pemasukan itulah akhirnya kami bisa makan sejahtera, bahkan bisa menabung," ucapnya.

Riyan mengaku banyak pelajaran dari perjalananya.

Sebagai driver ojol memang tidak gampang dan melelahkan.

"Saya merasakan sendiri bagaimana susah dan lelahnya menjadi driver ojol. Terlebih mereka tidak bekerja keras untuk diri sendiri, ada keluarga yang menunggu mereka di rumah. Makanya ketika dengar cerita ada driver ojol ditipu, saya marah sekali," ungkapnya.

Semua jerih payah dan kerja keras yang dijalaninya bersama istri tak sia-sia.

Proses seleksi dosennya berjalan mulus hingga tahap akhir dan resmi diangkat menjadi dosen pada Februari 2018.

Seiring berjalanya waktu, Riyan pun berpindah ke kontrakan rumah yang lebih layak untuk istri dan anaknya.

Kini, Riyan tengah mengupayakan untuk melanjutkan pendidikan S3-nya di Jepang.

Hal ini sebagai prasyarat dirinya sebagai dosen, yakni dalam kurun waktu 3 tahun setelah dilantik harus sudah kuliah S3.

Ia pun sudah diterima di University of Miyazaki, Jepang.

Hanya saja terkendala akibat pandemi Covid-19.

"Oktober ini saya seharusnya sudah berada di sana. Juli kemarin kabarnya pembatasan penerbangan sudah diangkat, ternyata kembali diberlakukan. Akibatnya saya mengurus visa juga tidak bisa sejak Agustus kemarin,” ungkapnya.

Riyan kini terpaksa harus mengambil cuti satu semester dan memulai kuliah tahun depan.

Meski demikian, ia menyebut hal ini tidaklah menjadi masalah, justru menjadi hikmah tersendiri.

"Dengan ini saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk tiket pesawat yang terbilang mahal, utamanya dalam kondisi pandemi ini. Saya juga mempersiapkan proposal riset untuk disertasi nanti. Saya juga bisa mempersiapkan kemampuan bahasa saya," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/19/23550091/kisah-perjuangan-riyan-nugroho-berprofesi-driver-ojol-hingga-jadi-dosen-ugm

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke