Salin Artikel

Cerita Warga yang Tergerus Alih Fungsi Lahan, Terpaksa Tanam Sayur di Bot Bekas

Barang bekas diisi tanah dan ditanam sayuran.

Tumbuhan untuk konsumsi itu ditanam dalam plastik deterjen dan sepatu bot karena sebagian besar lahan yang harusnya bisa digarap warga untuk pertanian kini menjadi perkebunan kelapa sawit.

“Kami menanam sayur menggunakan barang bekas ini dari awal tahun 2019,” kata Mardiah, satu di antara warga Semanga, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu (4/10/2020).

Menurut Mardiah, dulunya mereka masih bisa menanam sayur di pinggir-pinggir sawah.

Namun sekarang tidak bisa, karena lahan semakin tergerus.

“Jadi lahan yang ada hanya diutamakan untuk menanam padi,” ucap Mardiah.
Sebagaimana diketahui, Desa Semanga dapat dikatakan berada di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia.

Desa ini juga cukup terisolir. Untuk mencapai ke Semanga, dari Kota Sambas, harus menempuh perjalanan selama 2-3 jam menggunakan motor air lewat jalur sungai atau bisa juga bisa juga menempuh jalur darat selama 2 jam dengan sepeda motor, tapi kondisi jalan rusak parah.

Dengan kondisi seperti, harga barang, termasuk sayuran dan bahan pokok menjadi mahal, masyarakat setempat dituntut untuk pandai-pandai berinisiatif memanfaatkan sumber daya yang ada demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Alhamdulillah, sekarang sudah mulai terasa, sayur yang ditanam sudah dapat dinikmati sendiri. Bahkan kalau lebih, bisa dijual ke warung,” ujar Mardiah.

Alih fungsi lahan menjadi tanah nonpertanian semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini dikhawatirkan mengancam produksi pangan di masa yang akan datang.

Wanti, dari Lembaga Gemawan di Pontianak mengatakan, pola pertanian organik yang telah dilakukan warga Semanga, menjadi satu dari sedikit pilihan warga untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari setelah sebagian besar lahan diambil alih konsesi kelapa sawit.

Sehingga, untuk menyusun barang-barang bekas itu agar bisa ditanami sayuran sawi, warga memanfaatkan pekarangan rumah mereka yang sangat terbatas.

“Dapat dibilang ini berhasil. Saat ini, kebutuhan sayur masyarakat, paling tidak bagi warga itu, sudah tercukupi. Tidak harus beli, apalagi sampai beli keluar kampung. Bahkan, ada yang telah menjual sayurnya kepada pedagang bakso,” kata Wanti, saat dihubungi, Selasa (4/8/2020).

Warga juga tidak menggunakan pupuk dari bahan kimia.

“Praktis, perkampungan menjadi lebih bersih. Warga tidak lagi membuang atau membakar sampah plastik, karena semua digunakan untuk pertanian,” ujarnya.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, Radian MS menambahkan, telah dilakukan kajian terhadap alih fungsi lahan sawah di Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil kajian itu, ada beberapa faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan.

Di antaranya, karena pesatnya peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada meningkatnya permintaan.

Selain itu, tingginya land rent yang diperoleh dari aktivitas sektor nonpertanian dibandingkan dengan sektor pertanian.

“Kondisi ini diperparah dengan lemahnya perundang-undangan dan penegakan hukum dari peraturan yang ada,” kata Radian dalam keterangan tertulis belum lama ini.

Beralihnya fungsi lahan, dikhawatirkan akan berdampak pada turunnya produksi padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan.

Di samping itu, kata dia, dampak yang terjadi adalah bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke non pertanian.

Berdasarkan hasil kajiannya, luas sawah di Kalbar pada 2012 adalah 305.000 hektar.

Jumlah ini mengalami penurunan pada 2018 sebesar 66.000 hektar, atau 21,8 persen, sehingga eksisting luasan lahan sawah di provinsi ini menjadi 239.000 hektar.


Berdasarkan kajian tersebut, persentase alih fungsi lahan terbesar dan tertinggi terjadi di Kabupaten Kayong Utara 45,1 persen, menyusul Kabupaten Kubu Raya 35,4 persen, dan Kabupaten Landak 34,6 persen.

“Lahan sawah tersebut beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit, pembangunan perumahaan, serta kebun campuran,” ujar Radian.

Sementara itu, Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan, misi pertanian di pemerintahannya adalah meningkatkan produksi komoditas dan bertambahnya luas tambah tanam (LTT).

Dia berupaya memastikan menjaga keberlanjutan lahan pertanian, bahkan jika mampu, menambah areal lagi.

"Kalimantan Barat saat ini ingin memamerkan kekayaan produksi komoditas pertaniannya yang bisa memasok kebutuhan nasional. Kalau lahannya dialihfungsikan, cita-cita itu sulit dicapai," kata Sutarmidji dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/1/2020).

Sutarmidji menerangkan, selalu mengingatkan jajarannya agar tak main-main dengan kepentingan pelaku usaha yang memiliki kepentingan jika terjadi alih fungsi lahan pertanian.

"Saya terapkan sanksi tegas kepada yang tidak mematuhi ketentuan alih fungsi lahan. Kebutuhan pangan adalah utama. Jangan sampai digerus akibat alih fungsi lahan pertanian," ucap Sutarmidji.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/14/16380551/cerita-warga-yang-tergerus-alih-fungsi-lahan-terpaksa-tanam-sayur-di-bot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke