Salin Artikel

Cerita Satu Keluarga Tenaga Kesehatan Berjuang Sembuh dari Covid-19

JEMBER, KOMPAS.com – AH, salah seorang perawat di Puskesmas Kalisat, Kabupaten Jember, tengah berjuang melawan virus Covid-19.

Bahkan, dia tak berjuang sendirian. Namun, bersama satu keluarganya, yakni bapak, ibu, dan dua anaknya.

AH tak mengetahui pasti darimana tertular virus Covid-19. Karena dia bersinggungan dengan banyak masyarakat di puskemas, teruma pasien.

“Setiap pulang kerja, saya ganti baju dan cuci tangan, sesuai protokol kesehatan,” kata AH, kepada Kompas.com, via telepon, Sabtu (10/9/2020).

Dia menduga membawa virus corona ke rumahnya. Namun, karena imun tubuhnya kuat, tidak ada gejala.

Hanya saja, gejala Covid-19 terlihat pada sang bapak yang memiliki penyakit komorbid kencing manis.

“Mungkin daya tahan tubuh bapak menurun, mungkin virus itu masuk pada bapak saya,” terang dia.

Gejala yang dialami oleh bapaknya yakni demam pada 18 Agustus 2020 lalu. Kemudian diberi obat penurun panas dan sembuh, namun masih ada batuk ringan.

Setelah itu, demam menular pada putranya. Ketika diberi obat penurun panas juga langsung sembuh.

Kemudian, kondisi demam tersebut menular pada sang ibu dan AH sendiri pada malam harinya.

“Kalau ibu saya ada pilek, tapi minum obat penurun panas sembuh,” terang dia.


Lalu pada keesokan harinya, yakni Minggu, indera penciuman dan pengecap AH sudah mulai berkurang.

Namun, masih tidak terlalu parah dan hanya di anggap flu.

Pada hari Senin, AH kembali bekerja seperti biasa di puskesmas dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Hari Kamis saya ditelepon bapak demam lagi, saya minta tolong ibu diberi obat penurun panas,” tutur dia.

Setelah pulang kerja, AH melihat kondisi bapaknya sudah lemas, nafas sudah cepat dan keringat dingin.

Setelah itu dibawa ke puskesmas dan dilakukan rapid test dengan hasil reaktif.

Akhirnya, Kamis sore dibawa ke RS dr Soebandi dilakukan tes swab dan dinyatakan positif Covid-19.

“Namun, keesokan harinya meninggal dunia,” ujar dia.

Dua anak dan ibunya juga tertular

Setelah ayahnya tertular Covid-19, AH punya mengalami gejala yang lebih parah. Yakni indera penciuman dan perasa sudah tidak berfungsi.

Seperti tidak bisa mencium bau minyak putih hingga sampo pun tidak terasa.

“Keesokan harinya saya merasa mual dan deman yang lebih parah,” ucap dia.

Akhirnya, satu keluarga AH melakukan tes swab dengan hasil positif Covid-19 pada 31 Agustus 2020.


Mulai dari ibu dan dua anaknya. Akhirnya mereka diisolasi di RSD dr Soebandi.

Mereka ditempatkan di satu ruangan khusus secara bersamaan.

Hal itu agar tidak khawatir dengan kondisi satu keluarganya yang positif Covid-19.

Mereka berkumpul bisa saling melihat kondisi. Apalagi, anaknya ada yang masih kecil, yakni berumur delapan tahun.

“Lima hari di rumah sakit, kondisi saya semakin membaik karena dapat pengobatan,” ujar dia.

Selama di RS, tak banyak yang bisa dilakukan oleh AH. Namun, dia mendapat dukungan dari keluarga dan teman perawat. Seperti melakukan video call setiap hari.

“Sehingga kami senang sehingga imunitas kami naik,” ucap dia.

Satu keluarga tersebut dirawat di rumah sakit selama 14 hari. Mereka diperbolehkan pulang untuk isolasi mandiri karena kondisi membaik pada 16 Agustus 2020.

Meskipun AH sendiri belum dinyatakan negatif dari Covid-19.

“Ibu dan putra saya sudah negatif, saya dan anak yang masih kecil masih positif,” ucap dia.

Di rumahnya, AH memperketat prokol kesehatan. Meskipun berkumpul dalam satu rumah.

Namun, tetap tidak pernah berkumpul dan sangat berhati-hati.


Tak hanya menggunakan masker atau rajin mencuci tangan, namun juga tidur secara sendiri-sendiri. 

“Tidur pun saya pakai masker, semua anak-anak juga begitu,” ujar dia.

Bahkan, seluruh isi rumahnya juga sudah disemprot disinfektan. Kemudian, konsumsi vitamin, olahraga dan istirahat yang rutin dilakukan.

“Saya juga sampai blenger makan telur setiap hari,” ucap dia.

Telur dipillih karena memiliki protein yang tinggi.

Bahkan, berat badan keluarganya naik semua. Seperti anak kedua yang naik enam kilogram.

Tak hanya itu, suami AH yang bekerja di Bali juga tidak diperbolehkan pulang. Begitu juga dengan keluarga yang lainnya.

Mereka dibantu oleh teman-teman perawat dan keluarganya selama isolasi mandiri di rumah.

Pesan kepada masyarakat

AH meyakini bahwa Covid-19 memang betul betul ada. Untuk itu, dia meminta masyarakat agar mematuhi peraturan pemerintah terkait protokol kesehatan.

Seperti pakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun.

“Saya saja yang sudah patuh protokol Covid-19 bisa tertular, apalagi yang tidak,” ucap dia.


Apalagi juga ada yang berstatus orang tanpa gejala (OTG).

Selain itu, dia meminta agar masyarakat jujur bila sedang sakit.

Karena kalau tidak jujur, dampaknya pada orang lain, terutama perawat.

Selain itu, lingkungan sekitar perumahan AH juga mengetahui kalau dirinya tertular Covid-19. Mereka memberikan semangat agar AH segera sembuh.

Di sana, tak ada stigma buruk tentang dirinya.

“Kadang mereka tanya walau cuma di depan gerbang, butuh apa?” papar dia.

Dia meminta agar warga tidak menilai buruk yang positif Covid-19. Sebab mereka juga bisa sembuh dari virus tersebut.

“Kuncinya ada pada masyarakat agar virus ini hilang, patuh pada protokol kesehatan,” pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/10/15114661/cerita-satu-keluarga-tenaga-kesehatan-berjuang-sembuh-dari-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke