Salin Artikel

Video Viral Siswi Menyeberang Sungai Deras, Tokoh Maluku Buat Surat Terbuka ke Mendikbud

Surat itu dibuat setelah video empat siswi di Pulau Seram, Maluku, yang nekat menyeberangi sungai deras saat berangkat dan pulang sekolah, viral di media sosial.

Surat terbuka itu diunggah Ikhsan di media sosial Facebook pada Jumat (17/7/2020).

Ikhsan yang juga pemerhati masalah sosial dan kebudayan menyoroti kondisi pendidikan di Indonesia Timur, khususnya yang menimpa para siswa di Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur.

Ikhsan membandingkan kondisi itu dengan kota-kota besar di Indonesia.

“Betul surat terbuka itu saya layangkan kepada Pak Menteri Pendidikan, saya ingin memastikan bahwa pemerintah harus hadir dan memberikan keadilan bagi mereka yang berada di wilayah Indonesia timur,” kata Ikhsan saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Ikhsan berharap pemerintah bisa menjamin pendidikan siswa di Seram Bagian Timur. Tak hanya itu, pemerintah harus menjamin keselamatan siswa saat berangkat dan pulang sekolah.

Ikhsan mencontohkan sejumlah fasilitas bus sekolah yang ada di sejumlah kota besar di Indonesia. Fasilitas itu bisa menjamin keselamatan siswa saat berangkat dan pulang sekolah.

Tapi, kondisi itu tak ditemukan di sejumlah daerah di Indonesia timur, khususnya Maluku.

Menurutnya, setiap warga berhak mendapatkan keadilan dari negara. Sehingga, negara harus hadir untuk melihat kondisi yang terjadi di masyarakat.

"Kasus siswa menyeberang sungai deras di Seram Bagian Timur itu hanya sebagian kecil potret pendidikan yang terlihat, jadi seperti teori gunung es, hanya puncaknya yang kelihatan," kata dia.


Ikhsan menyebut, ada banyak kasus serupa di wilayah lain. Misalnya, siswa yang tak memiliki sepatu dan seragam untuk sekolah.

"Kondisi gedung sekolah rusak, ada adik kakak yang bergantian pakai seragam, itu masih ada di Maluku," kata dia.

Ikhsan berharap, surat terbuka itu membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tersentuh dan memperbaiki akses pendidikan di Seram Bagian Timur.

“Kebetulan Pak Menteri Makarim ini milenial jadi beliau bisa memahami kondisinya dan bisa merespons apa yang terjadi paling tidak bisa berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lain untuk memastikan masalah yang ada bisa diselesaikan,” katanya.

Berikut surat terbuka yang dilayangkan Ikhsan Tualeka kepada Menteri Pendidikan Nadien Makarim melalui akun Facebook-nya:

Yang Terhormat Bro Nadiem Makarim

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

Di era digital ini, saya yakin dengan peran dan bantuan para netizen atau warganet, video dan surat terbuka ini akan tiba di gawai, bro. Mengabarkan kondisi faktual banyak anak-anak sekolah di kawasan timur Indonesia, termasuk di Maluku.

Hari ini, lewat Messenger Facebook, saya dapat kiriman video pendek dari seorang aktivis HMI, memperlihatkan beberapa remaja putri SMPN 16 di Pulau Seram, Maluku, menyeberang kali yang deras. Meski terlihat penuh canda-tawa, tapi tetap saja membuat siapa pun yang melihatnya gundah.

Tertawa riangnya mereka sejatinya menunjukkan kalau keadaan ini sudah jadi hal yang biasa dalam keseharian. Tentu masih banyak anak-anak lain di timur Indonesia yang ada dalam rutinitas yang sama, menyabung nyawa untuk mendapatkan pendidikan seperti remaja putri dalam video ini.

Bro Nadiem, mungkin saya terlalu lebai, sehingga menonton video semacam ini, tanpa terasa air mata menetes. Saya tak kuasa menahan tangis kepedihan sebagai bagian dari anak kandung Republik, setelah 75 tahun proklamasi kemerdekaan, melihat anak-anak bangsa masih seperti ini kondisinya.


 

Menonton video ini (coba nanti bro liat lagi berulang-ulang) sama seperti menyaksikan anak-anak rusa di Afrika yang tengah berusaha sekuat tenaga menyeberangi sungai, menghindar dari kejaran Citah atau Singa, yang kerap ditayangkan di Discovery Channel atau National Geographic.

Setelah menunggu debit air berkurang, hampir 3 jam, mereka memasang kuda-kuda kaki dengan kuat, menghujam ke bebatuan agar tubuh lemah mereka tak terbawa derasnya arus. Sungguh sebuah pemandangan yang membuat bangga, sekaligus sedih.

Bangga karena di tengah keterbatasan, anak-anak ini tetap semangat menggapai mimpi, menantang maut sekalipun. Sedih karena ini terjadi di sebuah negara kesatuan, yang mestinya persentuhan negara dengan setiap warga negara itu sama.

Bro Nadiem, menonton video ini, saya bayangkan anak-anak seusia mereka diberbagai tempat di tanah air, terutama di kota-kota besar, ada yang bahkan diantar dan dijemput dengan Bus Sekolah. Dengan pakaian yang rapi berangkat ke sekolah yang lengkap dengan segala fasilitas.

Sementara ada juga banyak anak-anak bangsa, terutama di kawasan timur yang bahkan sepatu pun tak punya. Meski dalam konstitusi jelas menyatakan penyelenggaraan pendidikan adalah tanggungjawab Negara.

Sesuai dengan pasal 31 UUD NRI 1945 yang diperkuat dengan UU Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat dan mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib menanggungnya.

Mengikuti pendidikan dalam pasal ini artinya Negara juga harus turut memastikan mereka bisa tiba dan pulang dari sekolah dengan baik, aman dan selamat. Bukankah begitu bro Nadiem? Itu pula mengapa surat ini saya tujukan pada bro, menteri usia Milenial, yang bisa jadi akan lebih memahami dan responsif dengan surat ini.

Bro Nadiem, ini tentu adalah realitas yang perlu segera diurai. Jika terus dibiarkan, bukan saja kita sedang mempertaruhkan masa depan generasi bangsa, tapi juga integrasi nasional, karena kekecewaan anak bangsa bisa berujung pada disintegrasi sosial dan politik.

Bagaimana kita bisa harapkan generasi muda dari Indonesia timur dapat bersaing secara sehat dan setara dengan anak-anak di kawasan barat terutama di Pulau Jawa, jika mereka tidak sedang di garis start yang sama. Disparitas atau ketimpangan akan terus terpelihara.

Bro Nadiem, jika begini kondisinya, apa bedanya dengan zaman kolonialisme Belanda? Kalau terus begini untuk apa proklamasi kemerdekaan? Kalau terus begini ini untuk apa jadi negara kesatuan?

Semoga dengan surat dan video ini mampu menggugah hati dan menjadi perspektif tersendiri, menerbitkan paradigma baru yang dapat melahirkan perlakuan yang sama, adil dan setara bagi setiap anak bangsa.

Sekali lagi, saya sampaikan keluh-kesah ini kepada bro, karena terkait nasib anak-anak sekolah. Menjadi masukan buat bro, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk turut berkoordinasi dengan kementrian dan lembaga terkait, memastikan setiap anak di bumi pertiwi bisa bersekolah dengan aman dan nyaman.

Jangan biarkan makin banyak generasi muda, khususnya di kawasan timur Indonesia yang tumbuh besar di atas kekecewaan yang dalam terhadap Negara ini. Kekecewaan karena diperlakukan tidak adil, atau sama dengan ada dalam cengkraman New Kolonialisme.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/17/20303241/video-viral-siswi-menyeberang-sungai-deras-tokoh-maluku-buat-surat-terbuka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke