Salin Artikel

Kabut Asap di Palangkaraya Semakin Pekat di Malam Hari, Warga Keluhkan Sesak Napas

Warga yang harus beraktivitas di luar rumah saat malam hari merasa sangat terganggu, serta mulai mengeluhkan sesak napas.

Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Palangkaraya, ada peningkatkan jumlah titik panas atau hot spot yang cukup tinggi di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. 

Tercatat pada Selasa (10/9/2019) ada 1.042 hot spot. Sedangkan pada Senin (9/9/2019) hanya ada 370 hot spot. Artinya dari Senin ke Selasa ada peningkatan jumlah hot spot mencapai hampir lima kali lipat.

Sementara di Kota Palangkaraya sendiri terpantau ada sebanyak 119 hot spot per Selasa. Sedangkan pada Senin hanya 28 hot spot.

Penyebab naiknya titik panas ini lantaran kebakaran lahan gambut meluas, sehingga menimbulkan kabut asap pekat. 

Menurut BMKG, kabut asap kebakaran lahan gambut ini berdampak buruk bagi kesehatan sehingga warga harus lebih waspada.

BMKG menyarankan warga untuk menggunakan pelindung pernapasan atau masker saat beraktivitas di luar rumah.

Kabut asap juga berbahaya karena membuat jarak padang menjadi pendek.

Warga keluhkan sesak napas

Berdasarkan data dari papan indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang ada di pusat Kota Palangkaraya, kualitas udara di Palangkaraya kini sudah masuk pada katagori tidak sehat, dengan angka PM10 = 179.

Pantauan Kompas.com, kabut asap semakin pekat pada malam hari. Hal itu membuat sejumlah aktivitas warga di malam hari terganggu. 

Hal itu sangat dirasakan oleh warga yang yang akan melakukan aktivitas hingga malam hari.

Seperti Bapak Trimo yang harus berjualan bakso hingga malam hari.

Ia mengaku sangat terganggu dengan kondisi kabut asap yang semakin tebal dan pekat, seperti saat ini.

“Sering batuk dan bahkan sering juga sakit kepala,” kata Trimo kepada Kompas.com saat berjualan Bakso di Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Selasa (10/09/2019).

Begitu juga dengan Dani, seorang pengendara ojek online (driver ojol), yang hingga malam hari masih melakukan aktivitas di luar rumah. 

Ia mengaku merasakan hal yang sama, bahwa kondisi kabut asap ini sangat mengganggu dan mulai terasa bagi kesehatan.

“Saya malah sering merasa sesak napas, batuk dan mata perih. Apalagi saat narik ojol,” kata Dani kepada Kompas.com saat menunggu penumpang di Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Selasa (10/09/2019).

https://regional.kompas.com/read/2019/09/11/07053871/kabut-asap-di-palangkaraya-semakin-pekat-di-malam-hari-warga-keluhkan-sesak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke