Salin Artikel

Terbakar Cukup Parah, Berikut 5 Hal tentang Taman Nasional Tesso Nilo

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, kebakaran di Taman Nasional Tesso Nilo sudah masuk hingga tengah hutan.

Hal itu diketahui dari hasil peninjauan lapangan yang dilakukannya pada Selasa (13/8/2019).

Menurut Siti Nurbaya, kondisi titik api di kawasan TNTN tidak terlalu besar, namun merata dan mengeluarkan asap cukup banyak. Hal itu sebagaimana diberitakan Kompas.com, Rabu (14/8/2019).

Bagi yang belum mengetahui Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kompas.com mencoba merangkum kondisi salah satu taman yang berada di Kabupaten Pelalawan, Riau.

1. Habitat Satwa Endemik Gajah Sumatera

Kawasan TNTN salah satunya berfungsi sebagai habitat asli satwa endemik gajah sumatera (elephas maximus sumatranus). Selain hewan tersebut juga ada habitat harimau sumatera, tapir, beruang dan sebagainya.

Dilaporkan Kompas.com pada Rabu (14/8/2019), Kepala Balai TNTN Halasan Tulus menyebut bahwa gajah sumatera liar yang ada di TNTN dalam kondisi aman.

Sedangkan 8 gajah sumatera jinak di kamp Flying Squad dipindahkan ke tempat yang lebih aman, karena kabut asap cukup pekat di lokasi. Ke delapan gajah tersebut biasanya digunakan untuk mengusir gajah liar yang biasanya memasuki pemukiman warga.

Berdasarkan laporan Kompas.com pada 30/9/2011 di TNTN ini terdapat 200 habitat gajah dan 11 harimau.

2. Pengolahan TNTN Memiliki 3 Zonasi

Dilaporkan Kompas.com pada Rabu (14/8/2019) Kepala Balai TNTN Halasan Tulus mengatakan bahwa pengolahan TNTN memiliki 3 zonasi. Ketiga zonasi tersebut adalah: zona inti, zona rehalibitasi, zona trasional dan ada juga zona reliji.

Ia menyebut, kebakaran kali ini terjadi pada zona rehabilitasi.

"Yang terbakar itu di zona rehalibitasi. Ya, memang sudah terbuka. Ada kebun sawit masyarakat di sana. Zona ini bekas HPH (hak penguasaan hutan) yang merupakan penambahan dari luasan TNTN. Jadi bukan hutan alamnya yang terbakar," sebut Halasan.

3. Memiliki Potensi Ekowisata

TNTN sudah cukup lama dicanangkan untuk menjadi kawasan ekowisata. Pada 2013, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Provinsi Riau disebut memiliki potensi ekowisata yang cukup tinggi dengan jumlah kunjungan wisatawan rata-rata mencapai 900 orang tiap tahun.

Salah satu potensi TNTN salah satunya adalah adanya Bukit Apolo. Bukit Apolo terletak di wilayah perbatasan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu.

Selain itu, lokasi TNTN ini memiliki flora dan fauna yang beragam, sehingga sangat berpotensi untuk menjadi kawasan ekowisata.

Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan saat berwisata di TNTN adalah aktifitas memandikan gajah.

4. Terdapat Simpang Kampar

Dilaporkan Kompas.com pada 3/11/2015 di lokasi TNTN terdapat sebuah tempat yang disebut dengan Simpang Kampar.

Simpang Kampar adalah sebuah lokasi pemukiman perambah TNTN yang sangat besar. Di situ sudah terdapat banyak fasiltas umum seperti pasar, rumah ibadah, sekolah bahkan pool bus dari dan ke Medan.

5. Perambahan Terjadi sejak 1997

Dilaporkan Kompas.com pada 5/11/2015 perambahan berlangsung belasan tahun, terutama setelah booming harga kelapa sawit pada 1997.

Pembiaran membuat areal perambahan TNTN sudah lebih dari 65.000 hektar dari total 83.000 hektar.

Menurut laporan Kompas.com pada 5/11/2015 waktu itu diperkirakan sekitar 70.000 keluarga bermukim di TNTN.

Harian Kompas pernah menulis TNTN lebih cocok menjadi Taman Sawit Tesso Nilo (Kompas, 25/6/2015).

Di seluruh kawasan ekosistem TNTN, terdapat sedikitnya 9 pabrik kelapa sawit perusahaan yang tidak memiliki kebun sendiri. Pabrik itu menampung kelapa sawit dari areal hutan taman nasional.

Harian Kompas pada 3/1/2018 melaporkan hanya delapan tahun sejak penetapan pada 2009 seluas 83.000 hektar, vegetasi hutan alam yang tersisa sekitar 20.000 hektare. Artinya, hutan yang hilang telah mencapai 63.000 hektare.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/15/05430051/terbakar-cukup-parah-berikut-5-hal-tentang-taman-nasional-tesso-nilo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke