Salin Artikel

Kisah Jusman, Penjual Koran yang Lulus Sarjana dengan Predikat "Cum Laude"

Nyatanya, dengan bekerja sebagai penjual koran, dalam waktu 3 tahun Jusman berhasil lulus menjadi sarjana dengan predikat Cum Laude.

Dalam sebuah wawancara dengan Tribun Manado, Jusman menceritakan suka dukanya berjuang meraih impiannya menjadi seorang sarjana.

Berasal dari keluarga petani yang sangat berkekurangan di Enrekang Sulsel. Pendapatan orangtuanya hanya cukup untuk membeli makan sehari-hari. Sulit untuk membiayai pendidikan empat orang anaknya.

"Saya empat orang bersaudara bersamaan menjalani pendidikan. Bahkan untuk menghemat, kakak saya harus menganggur tiga tahun," katanya.

Di perantauan, alih-alih tinggal di sebuah kamar kos sewaan, Jusman dan sejumlah mahasiswa lainnya memilih tinggal di sebuah ruangan yang ada di kawasan kampus Unima. Mereka tidak perlu membayar pakai uang, tapi dengan tenaga mereka untuk ikut bantu membersihkan lingkungan sekitar kampus.

Hal itu dilakukan Jusman untuk menghemat biaya hidupnya. Keterbatasan keluarga yang kesulitan mengirim biaya untuknya kuliah dan menjalani hidup di Tondano membuat Jusman berusaha hidup secukupnya.

Baginya, kuliah lebih penting, makan urusan belakangan. Jusman pun hanya makan nasi dan sayur yang didapatkannya dari kebun dan hutan yang ada di dekat kawasan Kampus Unima untuk sekedar mengisi perutnya yang lapar.

"Kadang, tiga hari tidak makan lauk, cuma nasi dan sayur," ujarnya.

Biaya kuliah yang tidak sedikit dan kebutuhan perut yang harus diisi membuat Jusman memutuskan untuk bekerja sebagai penjual koran. Senin sampai hari Kamis dia kuliah, sedangkan hari Jumat sore hingga Minggu ia ke Manado untuk berjualan koran di wilayah sekitar Paal 2.

"Sehari biasanya dapat Rp 50.000, kalau ramai bisa sampai Rp 100.000 sehari," ucapnya.

Uang hasil penjualan koran digunakan Jusman untuk membiayai kuliah hingga keperluan untuk skripsinya di Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Dia mengaku tak mengalami kesulitan untuk membagi waktu antara belajar dan jualan koran. Karena sambil berjualan koran,  Jusman pun membagi waktu untuk belajar. "Biasanya bawa bahan kuliah hingga bahan skripsi saat jualan koran," ujarnya.

Semua itu dilakukan Jusman dengan sukacita, demi membanggakan keluarganya dan demi meraih cita-citanya menjadi seorang dosen suatu hari nanti.

Kerja keras Jusman pun membuahkan hasil. Tanggal 9 Agustus lalu ia diwisuda dan menjadi satu dari tiga Sarjana yang lulus dengan predikat 'Cum Laude'.

Apa rahasia keberhasilan Jusman?

"Yang terpenting adalah ketekunan dan kerja keras. Jaga pergaulan karena itu juga sangat menentukan," ungkapnya.

Pemuda ini berencana untuk kembali ke kampung halamannya usai diwisuda untuk bertemu dengan keluarga.

Masih ada impian yang masih ingin ia kejar setelah jadi sarjana. "Masih ingin lanjut kuliah lagi. Karena biayanya besar, jadi berusaha untuk dapat beasiswa," ucapnya.

Ditolak di Universitas Negeri Makassar

Dia bercerita, awal mulanya dia merantau ke Manado, Sulawesi Utara, karena ditolak di Universitas Negeri di Makassar.

Ya, dirinya tak lulus di Universitas Negeri Makassar (UMN).

Beruntung ada teman sejawat yang menginformasikan opsi kedua yakni berkuliah di Universita Negeri Manado (Unima).

"Niatnya kami mau kuliah UNM, tapi tidak lulus. Kami dapat informasi dari rekan yang juga tidak lulus bahwa besar peluang untuk kuliah di sana (Unima)," katanya.

Jadilah dia dan beberapa rekannya memutuskan mendaftarkan diri di Unima. Dia pun diterima Unima.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/16/08441681/kisah-jusman-penjual-koran-yang-lulus-sarjana-dengan-predikat-cum-laude-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke