Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tiga Petani Desa Sukamulya Usai Keluar dari Penjara

Kompas.com - 24/11/2016, 21:32 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Raut lelah terpancar dari wajah Carsiman (44), Sunadi (45), dan Darni (66) saat turun dari mobil minibus hitam milik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung.

Meski lelah, tiga petani Desa Sukamulya, Majalengka itu tetap melempar senyum sewaktu anggota LBH Bandung menyambut kedatangannya di Kantor LBH Bandung, Jalan Sidomulyo, Kamis (24/11/2016) malam.

Mereka akhirnya bisa menghirup udara bebas setelah sempat mendekam di sel Mapolda Jabar selama sepekan.

Ketiga petani itu ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Jawa Barat lantaran dianggap menjadi provokator kericuhan saat pengukuran lahan untuk proyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kamis (17/11/2016) lalu.

Namun, penahanan ketiganya ditunda menyusul adanya surat permohonan penangguhan penahanan oleh LBH Bandung.

Tiba di kantor LBH Bandung, ketiganya langsung menyantap nasi kotak yang telah disediakan.

Dengan didampingi para istrinya, mereka tampak lahap menyantap hidangan seadanya.

Meski perkara hukum masih akan berlanjut, Carsiman mengaku lega lantaran ia bisa kembali bertemu dengan keluarganya.

"Saya petani setelah keluar dari penjara, saya merasa bahagia. Saya tidak menyangka dipenjara, karena pada prinsipnya kami bukan maling yang melanggar aturan pemerintah," katanya.

Tindakan represif dari aparat kepolisian masih melekat dalam benak Sunadi. Saat itu, ia bersama warga turun ke sawah untuk menghadang pengukuran lahan yang dilakukan petugas dari Pemprov Jabar.

Saat kericuhan pecah, warga berlari berhamburan. Polisi merangsek menangkap satu per satu warga yang dianggap menjadi biang kerusuhan.

"Saat itu polisi mengejar warga. Saya sedang diam tiba-tiba ditangkap. Saya bawa ketapel diselipkan di celana belakang, tiba-tiba polisi ngejar saya. Saya ditangkap dan digeledah, dapet itu ketapelnya. Saya dipukul sampai kepala berdarah. Saya bawa ketapel tapi enggak dipakai," tutur Sunadi.

Nasib serupa juga menimpa Darni. Saat kerusuhan pecah, ia kabur ke balai desa. Matanya perih terkena tembakan gas air mata. Setelah polisi mengepung desa, ia mengaku pulang ke rumah. Ketika tengah menyeduh kopi, pintu belakang rumahnya didobrak petugas.

Dia dibawa menuju mobil dengan tangan terikat borgol. "Saya ditanya kenapa kamu ikut-ikutan, saya jawab karena saya cuma ingin mempertahankan hak saya," tuturnya.

Rencananya, ketiga petani itu akan kembali berangkat ke kampung halamannya. Ade Hari, Kepala Urusan Keuangan Desa Sukamulya mengatakan, warga desa telah berkumpul dan mempersiapkan upacara penyambutan.

"Mereka hari ini pulang. Warga desa sudah berkumpul. Bagi mereka, tiga petani ini adalah pejuang agraria," jelasnya. 

Baca: Dijamin Istri, Tiga Petani Desa Sukamulya Ditangguhkan Penahanannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com