Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Ikut Upacara Bersama Menteri Desa, Siswa Berjalan Kaki Melintasi Perbukitan

Kompas.com - 17/08/2016, 19:21 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com - Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Nanaek Duabesi, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), berjalan kaki sejauh lima kilometer meyusuri perbukitan demi mengikuti upacara memperingati HUT RI ke-71, Rabu (17/8/2016).

Upacara kali ini dipimpin Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes-PDTT) Eko Putro Sundjojo. Upacara digelar di lapangan kecamatan setempat yang berbatasan langsung dengan negara luar yaitu Distrik Suai, Timor Leste.

Dengan tergopoh-gopoh sambil berlari kecil, salah satu anak tersebut, Maria Tahuk, siswa kelas V SD Subaki, mengenakan seragam Merah Putih lengkap dengan dasi dan topi. Ia membawa plastik yang berisi biskuit dari rumahnya.

Kompas.com/Sigiranus Marutho Bere Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sandjojo (kanan) dan Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis ikut lomba tarik tambang bersama warga Desa Fohoeka, Kecamatan Nanet Duabesi, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Distrik Suai, Timor Leste
Karena jarak dari rumah ke lokasi lapangan tempat digelarnya upacara jauh, mereka pun memilih membawa perbekalan. "Nanti pulang baru makan," ujarnya kepada rombongan wartawan yang saat itu berpapasan langsung dengan mereka.

Perbekalan tersebut ternyata disiapkan guru yang nantinya dibagi bersama siswa lainnya yang mengikuti upacara HUT Kemerdekaan di lapangan.

Maria mengaku, ia bersama teman-temannya sudah biasa berjalan kaki melintasi jalan berbatu dan perbukitan. Jarak dari rumah ke sekolah juga sekitar dua kilometer.

Bagi dia, yang penting dari menghadiri upacara HUT kemerdekaan yakni bertemu pejabat negara. "Saya senang bertemu pejabat negara, apalagi kami dengar bahwa hari ini Pak Menteri yang datang untuk pimpin upacara," ujarnya.

Siswa lainnya, Martha Mau Bere dari SD Katolik Weklalenok mengaku, tidak masalah berjalan kaki sampai dua kilometer ke lapangan upacara. "Kami sudah biasa jalan kaki," kata Martha.

Martha menjelaskan, persoalan yang dialami warga di daerahnya yakni, terbatasnya angkutan pedesaan yang menghubungkan kota kabupaten dengan desa tersebut. Ongkos ojek dari jalan utama sampai desa sebesar Rp 20.000 per orang.

Satu-satunya angkutan umum yang melayani masyarakat setempat adalah mobil pikap milik pengusaha setempat yang menetapkan ongkos Rp15.000 per penumpang sampai Kota Atambua.

Martha pun berharap, dengan kehadiran Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes-PDTT) Eko Putro Sundjojo, kendala yang dihadapi warga bisa dibantu, sehingga warga setempat bisa beraktivitas dengan baik dan lancar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com