Ketua P3SY Sarmi mengatakan, penutupan lokasi prostitusi sudah pernah dilakukan di Yogyakarta. Misalnya, lokasi prostitusi di kawasan Sanggrahan yang sekarang jadi Terminal Giwangan.
"Sanggrahan itu ditutup. Hanya ditutup, dijadikan terminal, lalu mereka dibiarkan," ujar Sarmi saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/2/2016).
Sarmi mengungkapkan, selesai lokasinya ditutup, para PSK tidak lantas beralih profesi, tetapi hanya berpindah tempat. Saat ini mereka ada di Sosrowijayan (Sarkem). Sehingga, lanjutnya, penutupan lokasi prostitusi seperti yang dicanangkan oleh Kementerian Sosial bukanlah salah satu solusi yang tepat.
"Pemerintah menutup prostitusi, lalu apakah pemerintah mau memberi makan?" ujarnya.
Seharusnya, lanjut dia, pemerintah mempunyai kebijakan tambahan seusai melakukan penutupan. Salah satunya mengenai solusi pekerjaan pengganti. Sehingga, mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan untuk kelangsungan hidup keluarga.
"Pekerjaan pengganti itu harus dipikirkan juga. Harus konkret," tandasnya.
Menurut dia, sebagai perhimpunan, P3SY selama ini telah bergerak mandiri untuk memberikan pelatihan ketrampilan. Pelatihan ini dilakukan secara kontinu. Bahkan dari pelatihan yang diberikan, saat ini sudah banyak PSK yang beralih profesi.
"Banyak yang sudah beralih, kebanyakan membuka usaha angkringan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.