Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah "Hilang", Tak Ada Relokasi, Mak Enih Tak Bisa Pulang

Kompas.com - 16/02/2016, 09:00 WIB
KOMPAS.com - Setelah dirawat di rumah sakit, Mak Enih (80) tak bisa kembali ke rumahnya. Akhir Januari lalu, rumahnya di Kampung Bojongsalam, Desa Padajaya, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, di sekitar Bendungan Jatigede sudah terendam. Namun, di tempat relokasi, rumah pengganti belum ada.

Duka seolah tak henti-henti menimpa Mak Enih dan keluarganya sejak air Bendungan Jatigede tiba-tiba menyergap perkampungan mereka, akhir Januari lalu. Saat air meninggi dan masuk ke rumah, dini hari, Enih dan keluarganya sedang lelap tertidur. Mereka berhasil selamat, tapi hanya sedikit barang yang bisa dibawa.

Mak Enih, yang kaget melihat air tiba-tiba meninggi, malam itu panik dan bergegas menyelamatkan apa saja yang bisa ia bawa.

"Tapi, karena panik, Mak malah terpeleset. Itulah yang membuatnya terpaksa dirawat di rumah sakit," kata Wiwi (50), anak ketiga Mak Enih ketika ditemui di kamar kontrakan berukuran 2 x 3 meter di RT 02/12, Lingkungan Pasarean, Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Minggu (14/2/2016).

Kamar kecil itu ditinggalinya sejak rumah mereka tergenang. Namun, sejak sepekan lalu, Mak Enih juga tinggal di sana.

"Itu setelah dokter di rumah sakit mengizinkannya pulang," kata Wiwi.

Genap satu minggu, Mak Enih dirawat di Rumah Sakit Pakuwon Sumedang karena tulang pinggulnya bergeser. Tapi, saat dokter mengizinkannya pulang, anak-anaknya justru kebingungan.

"Kami tak tahu harus pulang ke mana karena rumah kami di Bojongsalam sudah terendam, sementara rumah di relokasi belum dibangun," kata Wiwi.

Beruntung, ketika kebingungan itu melanda, seseorang datang dan menolong mereka mencarikan tempat kontrakan.

"Saya mendengar cerita itu di masjid dan langsung tergerak untuk mencarikan kontrakan buat mereka di Pasarean," kata Erwin, warga Pasarean, Kelurahan Kotakulon.

Sudah terendam

Mak Enih mengaku sangat bingung ketika kelima anaknya membawanya pulang ke kamar kontrakan di Pasarean, bukan ke rumah yang biasa mereka tinggali di Bojongsalam.

"Saya ingin pulang ke rumah, tapi malah dibawa ke kontrakan. Anak-anak bilang rumah kami sudah terendam, sementara rumah di relokasi belum ada. Anak-anak juga mengatakan, jangan merasa dibuang meski harus tinggal di kontrakan," kata Mak Enih, yang juga kerap disapa dengan panggilan Mak Een.

Selain harus kehilangan rumahnya, Mak Een dan keluarganya harus merelakan sejumlah barang berharga yang gagal mereka selamatkan saat air menerjang. Saat itu hanya pakaian, kasur, tempat tidur, dan beberapa karung padi yang bisa diselamatkan.

"Barang yang lain seperti peralatan rumah tangga, meja, dan lemari tak bisa diselamatkan," kata Wiwi, yang juga belum bisa membangun rumah.

Meski sudah diperbolehkan pulang, kondisi perempuan yang memiliki lima anak dan beberapa cucu itu belum sebaik sedia kala. Karena itu, dua kali seminggu, Mak Een dibawa anak-anaknya ke ahli tulang di Desa Cikole, Kecamatan Cimalaka, untuk diurut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com