Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Teroris, "Sarjana Kubur" dari Jombang Ditangkap Polisi

Kompas.com - 30/01/2016, 10:37 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Seorang lelaki yang awalnya dicurigai sebagai terduga teroris diamankan oleh Anggota Reserse Mobile (Resmob) Polres Semarang, Jumat (29/1/2016) malam.

Keberadaan laki-laki berperawakan kurus, berpakaian serba hitam, berjenggot dan membawa tas ransel tersebut dilaporkan oleh masyarakat. Pelapor menyebut ada lelaki mencurigakan di halte Alun-alun Lama Ungaran, Jumat siang.

Polisi kemudian menyisir kawasan tersebut, namun tidak menemukan orang yang dimaksud. Pencarian dilanjutkan ke berbagai sudut kota Ungaran, hingga akhirnya polisi menemukannya di halte Kerkov, Jalan Gatot Subroto, Ungaran.

Polisi kemudian membawanya ke Mapolres Semarang untuk dimintai keterangan. Dari pemeriksaan petugas, laki-laki tersebut tidak membawa kartu identitas. Dia hanya menunjukkan surat jalan dari Paguyuban Sesepuh Pinisepuh Sri Aji Jayabaya Kediri yang ditandatangani oleh pimpinannya, RM Sudibyo dan legalisasi dari Kanwil Kemenag Jawa Timur.

Surat jalan itu berisi keterangan bahwa pembawanya sedang melakukan kegiatan spiritual dengan cara berkelana jalan kaki atau Lelaku Spiritual Tapa Lelana di tanah Jawa.

"Dari fotokopian surat jalan tersebut, dia mengaku bernama H Dimas Cokro Bayu Purnomo Aji SH (36), warga Jalan Raya Munggah Desa Sumberejo, Wonosalam, Jombang, Jawa Timur," ungkap Kasatreskrim Polres Semarang, AKP Herman Sophian, Sabtu (30/1/2016) dinihari.

Pemeriksaan kepada laki-laki yang minta disapa Bayu Akik tersebut diakukan selama 1 x24 jam termasuk diambil sidik jari dan foto retina untuk kepentingan proses identifikasi. Usai dilakukan diperiksa, Polisi melepas laki-laki tersebut karena tidak menemukan adanya indikasi barang yang membahayakan.

Polres Semarang, kata Herman, secepatnya akan berkoordinasi dengan Polres Jombang untuk memastikan keterangan dan indentitas Bayu Akik.

"Sekecil apapun informasi masyarakat tetap kita tindaklanjuti. Apalagi Kapolres Semarang sudah mengeluarkan maklumat untuk antisipasi teror atau gerakan tertentu, warga atau tamu yang bermalam wajib lapor ke RT setempat," kata Herman.

Kepada petugas, Bayu Akik mengaku sudah menempuh perjalanan dengan jalan kaki dari Jombang sejak Mei 2006 lalu sebagai bagian dari laku spiritual yang harus dijalani.

Bayu mengaku, sebelumnya dia bersekolah, dan merupakan lulusan Fakultas Hukum Udayana tahun 2004. Bayu Akik bahkan sudah menunaikan ibadah haji tahun 2003.

"Tapi semuanya saya tinggalkan karena saya yang terpilih dari keluarga besar saya. Bapak saya, kakek saya dulu juga melakukan tapa lelana seperti ini," kata Bayu.

Saat diperiksa tas ranselnya, polisi memang menemukan sejumlah benda yang mendukung pengakuannya tersebut, seperti beberapa rajah, beberapa batu akik dan cincin akik, tempat bakar kemenyan, potongan rambut dan transkrip kitab Darmogandul serta silsilah raja Majapahit dan kerajaan Mataram.

"Itu rambut saya dipotong saat singgah di Jogja. Saya tidak diperkenankan balik ke Jombang sebelum 2017," ungkapnya.

Menurut Bayu Akik, para pelaku perjalanan spiritual tapa lelana seperti dirinya sebenarnya cukup banyak. Mereka mudah dijumpai dimakam-makam keramat khususnya di pulau Jawa. Kebanyakan memiliki ciri-ciri badan kurus, berpakaian kumal karena menempuh perjalanan lama, membawa tas ransel dan biasanya berambut gondrong. "Teman-teman yang lulus perjalanan spiritual ini biasanya dijuluki Sarkub, sarjana kubur," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com