Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kata Pemberantasan Korupsi seperti Tempe yang Jadi Makanan Sehari-hari"

Kompas.com - 08/12/2015, 05:00 WIB
Kontributor Demak, Ari Widodo

Penulis

DEMAK, KOMPAS.com - Pemberantasan korupsi di Indonesia dinilai masih sekadar wacana. Berbagai elemen masyarakat menggembar gemborkan antikorupsi namun dianggap belum melakukan tindakan nyata.

"Saat ini kata-kata pemberantasan korupsi seperti tempe yang jadi makanan sehari hari. Mulai dari presiden sampai tukang becak, tokoh agama hingga perampok, orang tua sampai anak TK semua mengatakan tolak korupsi, tetapi buktinya nol besar," kata Ketua Forum Komunikasi Rakyat Dan Mahasiswa Demak (FKRMD) Rifai, Senin ( 7/12/2015 ) malam.

Terkait peringatan Hari Antikorupsi Internasional 2015, FKRMD dan Ikatan Mahasiswa Demak (IMADE ) menggelar pentas "Republik Mayat". (Baca: Hari Antikorupsi, Masjid di Bandung Gelar Ceramah Antikorupsi Serentak)

Acara yang digelar di halaman kantor DPRD Demak tersebut diawali dengan menyalakan lilin yang menjadi simbol masih gelapnya penanganan sejumlah kasus korupsi di Indonesia.

Selanjutnya, panggung diisi dengan pertunjukkan musik akustik, musikalisasi puisi, dan aksi teatrikal "Negeri Mayat" yang menggambarkan sosok tanpa jiwa sedang berbicara di hadapan khalayak.

Menurut Rifai, aksi teatrikal berjudul "Negeri Mayat" tersebut ingin menggambarkan kinerja penegak hukum di Indonesia. Ia menilai penegak hukum di Indonesia bisa diibaratkan dengan mayat yang dapat dilihat wujudnya namun sudah tidak bernyawa.

Masih ada oknum pejabat yang merampok uang negara. Meskipun pemberitaan kasus korupsi gencar dilakukan, para pelaku korupsi seolah tidak pernah jera. (Baca: Melawan Korupsi adalah Harga Mati)

Berdasarkan pengamatan aktivis Demak, banyak kasus korupsi mangkrak, di antaranya pengusutan kasus BLBI, dan Bank Century.

Para aktivis Demak ini pun menyoroti dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo terkait saham PT Freeport Indonesia.

Untuk di Jawa Tengah, aktivis Demak mencatat sejumlah kasus di antaranya kasus bank Jateng, serta kasus lain seperti dugaan penyelewenangan dana hibah dan bansos. (Baca: KPK: Festival Antikorupsi Jangan Hanya Seremonial)

Kemudian di tingkat Kabupaten Demak, ada kasus Pasar Bintoro, hibah bansos, dan pengadaan buku, alat peraga, serta alat tulis kantor Dinas Pendidikan dan Olahraga.

"Korupsi di Indonesia ibarat penyakit komplikasi yang saling bertautan antara institusi satu dengan lainnya, ini adalah lingkaran setan. Maka dari itu kami Imade dan FKRMD di momentum hari anti korupsi sedunia 9 Desember ini menyerukan agar tinggalkan korupsi dan eling (ingat) kuburmu" tutur Rifai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com