Sevianus mengaku, dirinya belum mendapatkan terpal bantuan pemerintah, sehingga kondisi ini membuatnya sangat gelisah, karena musim penghujan sudah dekat. Sejumlah tempat tidur dan pakaian yang tersisa pun hanya disimpan seadanya di bawah terpal.
“Kami mau bangun rumah kembali dan berharap kepada pemerintah, kalau tidak bantu, ya kami usaha pelan-pelan, biar 1-2 tahun baru bangun lagi. Kami akan cari hasil hutan atau hasil bumi untuk dijual baru bangun rumah,” jelasnya, Sabtu (14/11/2015).
Senada dengan itu, warga Desa Maritaing, Hana Famaya warga yang rumahnya rusak berat dan trauma memilih bertahan di tenda tenda posko bencana.
“Kami sudah dua minggu di sini dan kami juga takut air laut naik, karena kami di pinggir laut, jadi masih tinggal disini. Bapak bupati bilang 14 hari kalau tidak ada gempa bumi baru kami bisa pulang ke rumah,” katanya.
Sementara itu Kepala Desa Kolana Selatan, Selfanus Lipiwata meminta pemerintah segera memberikan bantuan tanggap darurat berupa terpal, karena dalam waktu dekat ini akan terjadi hujan.
“Semua warga sekarang masih tinggal di luar dan di bawah-bawah pohon, sehingga kalau bisa dibantu dengan terpal,” kata Selfanus.
Selfanus dan warga lainnya berharap, pemerintah daerah segera turunkan banyak terpal, untuk mengatasi situasi ini. Sebab, kerusakan sejumlah sekolah turut membuat anak sekolah dasar harus diliburkan.