Selama sepekan ini mereka diinapkan di aula Kantor Dinas Sosial Sultra. Namun, selama di penampungan mereka mengaku tidak mendapat perhatian, baik dari sisi medis, maupun logistik makanan.
"Untuk itu kami datang lagi di Gedung DPRD ini, menuntut kejelasan nasib kami. Sudah seminggu di kantor sosial, ada banyak anak-anak dan orang tua yang sakit dan kurang makanan," ungkap Arnold, salah seorang mantan buruh PT DJL.
Mereka juga menuntut hasil kerja panitia kerja (Panja), yang telah dibentuk DPRD dan Pemprov Sultra untuk melakukan investigasi terhadap dua perusahaan perkebunan sawit. "Makanya hari ini kami tidur di DPRD saja, supaya ada kejelasan nasib kami," kata dia.
Aksi pendudukan gedung wakil rakyat dilakukan eks buruh perkebunan sawit, agar Panja DPRD Sultra bisa bekerja ekstra cepat dalam penyelidikan, karena kondisi para buruh sudah sangat memprihatinkan.
"Tuntutan kami sederhana saja, perusahaan segera bayar upah lembur. 60 bulan dan biaya pengganti pekerja yang sakit termasuk dana kepulangan kami," tambah Arnold.
Pantauan di Gedung DPRD Sultra, ratusan eks buruh asal warga Nusa Tenggara (NTT) berjalan kaki dari kantor Dinas Sosial ke gedung DPRD Sultra dengan membawa anak-anak mereka yang masih balita.
Para wanita dan anak-anak, kini bertahan di lantai satu sekretariat DPRD Sultra dengan beralaskan koran bekas. Sementara, anak laki-laki dan pria dewasa memilih duduk dan tidur di teras sekretariat dewan.
Hingga kini, tak satupun anggota DPRD yang menemui para eks buruh perkebunan sawit PT DJL dan PT Mulia Tani di kabupaten Konawe dan Konawe Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.